***
Sebenarnya dia pernah dekat dengan seorang lelaki di kampungnya. Bernama Mustain, dia cukup tampan untuk ukuran pemuda di desa, tinggi badannya mencapai 170 cm, kulinta putih, bola matanya kecoklatan, rambutnya ikal dan tebal. Mustain merupakan anak petani di kampungnya. Namun lahan pertanian orangtuanya sangat luas. Kebun karetnya juga sangat banyak, belum lagi kebun sawitnya. Jadi meski petani orangtuanya hidup berkecukupan. Apalagi Mustain juga sudah bekerja sebagai staf desa.
Jamilah sudah merasa nyaman dengan lelaki tersebut, komunikasi via WhatsApp juga sudah berjalan seperti layaknya kekasih. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata Mustain hanya memberi harapan palsu. Ini yang membuat Jamilah merasa kecewa. Tak menyangka lelaki yang begitu dia idam-idamkan tak serius seperti yang diharapkan.
Hari berganti hari, Jamilahpun berusaha untuk menjauhi lelaki itu. Meskipun sangat sulit, dalam lamunannya dia selalu membayangkan wajah Mustain, saat memberikan perhatian dan selalu mengingatkan sholat saat waktu sudah tiba. Dia tipe pria yang romantis, dan suka memberi kejutan. Seperti pada saat ulang tahunnya ke 25, Mustain membelikannya boneka berwarna coklat warna kesukaan Jamilah. Meski harganya tidak seberapa namun perhatian itu begitu membekas di hati Jamilah "Ah sudahlah" Jamilah berusaha melupakan dengan sekuat jiwa dan raga, meski dalam hatinya menangis melihat kenyataan yang terjadi.
Beberapa bulan telah berlalu, tiba-tiba Mustain tersebut kembali menghubunginya, menanyakan kabar. Seolah memberi harapan apalagi disaat Jamilah sedang butuh perhatian. Hati  Jamilah kembali goyah, akhirnya komunikasi via WhatsApp kembali terjadi.
Ya meski dia satu kampung dan rumahnya tidak terlalu jauh, dia jarang sekali bertemu. Sebab Jamilah sangat menjaga terjadinya hubungan terlarang, apalagi dia merupakan aktivis dakwah. Jamilah sejak kecil sekolah di sekolah agama, mulai dari madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, kemudian dia juga masuk Madrasah Aliyah di Pesantren kota itu, setelah itu barulah dia melanjutkan kuliah di Universitas Agama Islam pula.
 Jamilah hanya sesekali bertemu saat kajian, itupun hanya memandang dari jarak beberapa meter, dia tidak berani menatap lama-lama
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI