Mohon tunggu...
Ali Anshori
Ali Anshori Mohon Tunggu... Freelancer - Ali anshori

Bekerja apa saja yang penting halal. Hobi olahraga dan menulis tentunya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jamilah

29 Januari 2023   14:30 Diperbarui: 29 Januari 2023   14:53 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

***

Sebenarnya dia pernah dekat dengan seorang lelaki di kampungnya. Bernama Mustain, dia cukup tampan untuk ukuran pemuda di desa, tinggi badannya mencapai 170 cm, kulinta putih, bola matanya kecoklatan, rambutnya ikal dan tebal. Mustain merupakan anak petani di kampungnya. Namun lahan pertanian orangtuanya sangat luas. Kebun karetnya juga sangat banyak, belum lagi kebun sawitnya. Jadi meski petani orangtuanya hidup berkecukupan. Apalagi Mustain juga sudah bekerja sebagai staf desa.

Jamilah sudah merasa nyaman dengan lelaki tersebut, komunikasi via WhatsApp juga sudah berjalan seperti layaknya kekasih. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata Mustain hanya memberi harapan palsu. Ini yang membuat Jamilah merasa kecewa. Tak menyangka lelaki yang begitu dia idam-idamkan tak serius seperti yang diharapkan.

Hari berganti hari, Jamilahpun berusaha untuk menjauhi lelaki itu. Meskipun sangat sulit, dalam lamunannya dia selalu membayangkan wajah Mustain, saat memberikan perhatian dan selalu mengingatkan sholat saat waktu sudah tiba. Dia tipe pria yang romantis, dan suka memberi kejutan. Seperti pada saat ulang tahunnya ke 25, Mustain membelikannya boneka berwarna coklat warna kesukaan Jamilah. Meski harganya tidak seberapa namun perhatian itu begitu membekas di hati Jamilah "Ah sudahlah" Jamilah berusaha melupakan dengan sekuat jiwa dan raga, meski dalam hatinya menangis melihat kenyataan yang terjadi.

Beberapa bulan telah berlalu, tiba-tiba Mustain tersebut kembali menghubunginya, menanyakan kabar. Seolah memberi harapan apalagi disaat Jamilah sedang butuh perhatian. Hati  Jamilah kembali goyah, akhirnya komunikasi via WhatsApp kembali terjadi.

Ya meski dia satu kampung dan rumahnya tidak terlalu jauh, dia jarang sekali bertemu. Sebab Jamilah sangat menjaga terjadinya hubungan terlarang, apalagi dia merupakan aktivis dakwah. Jamilah sejak kecil sekolah di sekolah agama, mulai dari madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, kemudian dia juga masuk Madrasah Aliyah di Pesantren kota itu, setelah itu barulah dia melanjutkan kuliah di Universitas Agama Islam pula.

 Jamilah hanya sesekali bertemu saat kajian, itupun hanya memandang dari jarak beberapa meter, dia tidak berani menatap lama-lama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun