Mohon tunggu...
Ali Akbar
Ali Akbar Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

instagram : Aliakbar347

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Malam Itu

12 Maret 2020   01:36 Diperbarui: 12 Maret 2020   01:37 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jam 9 malam katanya, sepertinya aku harus datang ke musyawarah itu, semua warga diundang, pasti balai desa penuh oleh orang-orang yang protes, aku yakin pasti ada sesuatu yang terjadi disana, kepala desa belum memberikan apa-apa buat desa ini , ga guna sepertinya cuma dia aja yang makmur dan sejahtera.

Masyarakat melarat, janji janjinya udah basi, jalanan saja belum saja diperbaiki , aduh kenapa aku ikut berapi api seperti ibu-ibu tadi, tapi memang faktanya seperti itu, pengangguran sepertiku juga harus di perhatikan.

Malam itu tiba, pukul 9 malam lebih 15 menit , hari hari kamis yang artinya malam adalah malam Jumat, para warga biasanya memberikan sesajen di pohon-pohon besar dan juga tempat-tempat kramat , desa masih kental budaya , masih primitif, roh nenek moyang masih di jadikan tuhan untuk meminta hal-hal yang mereka inginkan.

Warga berkumpul, Pak Romo selaku kepala desa sudah duduk menyila di hadapan para warga , tatapannya tajam , seperti menahan amarah dan juga dendam, Desa Cipayu itu nama desanya , tidak ada yang tau apa artinya tapi sudahlah ini tidak penting . 

Aku ceritakan sedikit tentang Pak Romo saja , ia adalah orang kaya terpandang di desa ini , rumahnya paling besar diantara rumah warga yang lainnya, lahan sawah dan pertaniannya luas , hampir semua lahan yang ada di desa yang kecil ini miliknya , dia mempunyai dua istri dan empat orang anak semuanya perempuan, dan masih berumur tujuh tahunan,pokoknya dia orang yang ditakuti di desa ini.

Susana cukup hening , sunyi tanpa ada suara bisikan-bisikan dari warga , yang ada bau kemenyan dan bunga melati begitu menyegat seperti tepat di depan hidung. 

Dinginnya malam mulai terasa , menyayat-nyayat kulit, dingin sekali , aku heran dengan sorang warga yang berada di dekat tiang balai desa , pria dengan tubuh yang kekar tanpa menggunakan baju atasan, dia kebal terhadap dinginnya malam, mungkin dia meminta roh-roh di pohon besar untuk menyelimutinya nya , seringkali aku melihat dia memberikan ayam hidup berbulu hitam ke kuburan kramat dan memotongnya disana, entah apa tujunnya , aku kurang paham.

“kalian minta apa dari saya?” tanya Pak Romo dingin

“Uang?  atau apa” tambannya

“kami Cuma mau kesejahteraan , perbaiki semua yang ada disini pak , lihat jalanan ancurr , banyak korban , banyak yang celaka , banyak yang mati!!! “ jawab warga dengan nada marah.

“Betul jangan korupsi uang hasil panen kami!!!!!!!!!” sontak jawaban warga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun