Namun sebagai orang yang sopan, tentu jika terjadi kealpaan, ia akan kembali kepada sahabatnya dan meminta maaf saat ia sadar. Tentunya ia tak ingin sahabatnya berburuk sangka dan menilainya sebagai orang yang tidak memiliki sopan santun. Namun itu kembali lagi, apakah ia terlalu takut atau malu untuk meminta maaf.
Sebelum saya tutup, saya kembali lagi ke cerita yang saya sampaikan di awal. Setelah beberapa saat saya tunggu sahabat saya tidak memberikan tanggapan, saya duga pertama ia sibuk.Â
Namun setelah saya tahu ia tidak sibuk, saya rasa ia hanya terlalu takut, malu atau tidak ingin masuk ke dalam perdebatan -- yang ia khawatirkan akan terjadi -- Ya sudah, wajar orang merasa takut, malu atau menghindari perdebatan. Itu sangat manusiawi.Â
Namun yang saya sedih adalah hilangnya kesempatan untuk mendapatkan diskusi hangat antar sahabat. Yang mungkin tidak berakhir dengan saling membenarkan satu sama lain, tapi berakhir dengan tawa dan wawasan yang lebih luas untuk semua pihak. Kesedihan yang sama juga saya rasakan saat di grup WA yang berisi orang yang sudah bisa dibilang sebagai sahabat, namun membiarkan diskusi menjadi tanggung.
Dalam satu grup WA yang beranggotakan orang yang mengenal dengan baik satu sama lain, beberapa orang sering membuat diskusi menjadi tanggung. Lama kelamaan grup itupun menjadi mati.Â
Ada beberapa orang yang awalnya sering melempar topik diskusi, menjadi hilang semangat pada akhirnya. Grup itupun hanya menjadi grup untuk mengucapkan ulang tahun dan info-info saja. Bahkan semakin kesini, orang-orang pun malas untuk mengirimkan info karena toh tidak ada yang menanggapi.Â
Sangat disayangkan karena grup itu berisi orang -- orang yang memiliki potensi untuk memberikan pemikiran yang menarik. pada akhirnya dirasa di grup seperti itu lebih enak menjadi silent reader saja karena toh orang -- orang didalamnya tidak berniat untuk menghangatkan jalinan persahabatan.Â
Buat apa menghabiskan energi untuk melempar topik dan memberi tanggapan kalau toh nanti juga diskusinya akan menjadi tanggung. Jadi untuk apa capek -- capek melemparkan topik, toh tidak akan jadi obrolan yang panjang-panjang juga.
Memiliki rasa takut itu sangat manusiawi, apalagi di jaman seperti sekarang dimana tanggapan kita bisa dikutip kesana kemari sehingga berpengaruh terhadap hal lain, namun, apakah rasa takut itu sudah menutupi rasa percaya antar sahabat? Sehingga lebih baik kita biarkan diskusi menjadi tanggung karena rasa takut?
Memiliki rasa malu wajib, namun perlu dibedakan antara malu dan gengsi. Apakah rasa gengsi itu wajar itu juga wajar terlalu ditonjolkan untuk diskusi antar sahabat dan forum yang kecil?
Menghindari perdebatan memang alasan moral yang sangat bisa diterima, namun apakah wajar jika itu dijadikan alasan untuk membunuh sopan santun. Minimal ucapkanlah kata penutup. Bukan kabur tanpa kejelasan.Â