Saya putuskan untuk melanjutkan lagi setelah saya yakin tulisan ini bukan hanya berisi emosi belaka, tapi kombinasi antara logika dan emosi -- Â yang tentunya tidak hanya berbentuk kemarahan saja, tetapi juga berbentuk semangat -- Â Ada pikiran yang juga saya tuangkan disini. Saya harap pembaca tulisan ini membaca sampai selesai sebelum mengambil kesimpulan dan memberikan respon.
Mengapa membaca sampai selesai sebelum mengambil kesimpulan dan memberikan respon itu penting? Karena itu bisa menjaga dari rasa malu seperti yang disampaikan diatas. Beberapa kali saya perhatikan, di dalam grup WA, ada yang terlalu terburu-buru dalam menanggapi satu bahan yang dikirimkan.Â
Akibatnya kadang muncul respon yang terlalu lemah sehingga mudah saja untuk disanggah. Sesudah menyadari responnya terlalu terburu -- buru, seringkali langkah yang diambil adalah diam daripada konfirmasi.Â
Mungkin terlalu gengsi. Saya rasa disini perlu diingatkan kembali cakupan pembahasan di tulisan ini adalah diskusi yang terjadi antara orang yang sudah saling kenal dengan baik (sahabat) dan forum yang kecil.Â
Jika dikembalikan ke cakupan itu, rasanya gengsi bisa dikesampingkan untuk alasan kesopanan -- karena antara orang yang kenal baik dan forum kecil, tentu terasa kurang sopan jika anda tidak memberi respon terhadap lawan bicara.
Alasan selanjutnya adalah alasan untuk orang yang merasa atau benar -- benar lebih bermoral. Mereka menyampaikan alasannya adalah "berdebat itu tidak baik" , dan "lebih baik diam daripada berdebat". Ini memang baik dan nasihat yang benar. Namun sebelumnya harus dipahami dahulu perbedaan antara debat dan diskusi.Â
Diskusi itu tidak sama dengan debat. Perlu dipahami pula bahwa jika saya memiliki pemikiran yang beda dengan anda, bukan berarti saya harus bermusuhan dengan anda. Ini yang harusnya dimengerti oleh orang yang benar -- benar bermoral. Lagipula apakah tidak memberikan tanggapan kepada sahabat --saya ingatkan kembali cakupan tulisan ini -- adalah perilaku seseorang yang bermoral ?
Apakah lebih baik mengorbankan kesopanan untuk menjadi orang yang dinilai bermoral?, mungkin orang yang memutus diskusi yang hangat dengan sahabatnya dengan alasan ini perlu bertanya kepada dirinya sendiri, apakah benar dengan alasan ini ia membuat diskusi menjadi tanggung? Atau itu hanya alasan yang dibuat untuk membuat pembenaran kepada dirinya sendiri.Â
Jika itu benar alasannya, selamat! Anda adalah orang yang baik, namun alangkah baiknya jika anda tutup diskusi tersebut dengan baik, bukan dengan kabur. Tidak ada orang yang senang ditinggal kabur.
Kalau dijabarkan lagi mungkin akan terlalu banyak yang bisa dijadikan alasan, namun saya cukupkan saja pada tiga alasan diatas, karena menurut ketiganya adalah alasan -- alasan yang paling sering terjadi. Memang ada alasan lain lagi, yaitu sibuk atau terlewat.Â
Hal itu mungkin menjadi alasan bagi banyak orang, namun mengapa tidak saya ikut masukkan dalam pembahasan diatas? Karena kedua hal tersebut adalah alasan yang berada di luar kuasa seseorang. Kedua hal tersebut dapat dimaklumi.Â