2. Gangguan Makan: Self-esteem yang rendah dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan makan seperti anoreksia nervosa, bulimia, atau binge eating disorder. Rasa tidak puas dengan penampilan fisik dapat mempengaruhi hubungan yang sehat dengan makanan dan tubuh.
3. Stres dan Koping: Orang dengan self-esteem yang tinggi cenderung lebih baik dalam mengatasi stres dan memiliki mekanisme koping yang lebih sehat. Mereka mungkin lebih mampu menghadapi tantangan dan masalah dengan keyakinan diri.
4. Hubungan Sosial: Self-esteem yang rendah dapat mempengaruhi kemampuan untuk menjalin hubungan sosial yang sehat. Rasa tidak percaya diri dan ketakutan akan penolakan dapat menghambat interaksi sosial yang memuaskan.
5. Motivasi dan Prestasi: Self-esteem yang tinggi dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai tujuan dan meraih prestasi. Sementara itu, self-esteem yang rendah dapat menghambat kemauan untuk mencoba hal baru atau menghadapi tantangan.
6. Pengambilan Keputusan: Tingkat self-esteem juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan yang bijaksana dan percaya diri.
Adanya relasi langsung antara self-esteem dengan kesehatan mental menunjukkan pentingnya memperhatikan dan merawat self-esteem secara positif. Bekerja untuk meningkatkan self-esteem melalui dukungan sosial, pengakuan atas prestasi, dan pembangunan rasa percaya diri dapat berkontribusi pada kesehatan mental yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup seseorang.
Taraf pendidikan dapat berpengaruh signifikan terhadap self-esteem seseorang, tetapi self-esteem juga dipengaruhi oleh kombinasi faktor natural yang dibawa sejak lahir dan pengalaman kehidupan. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipahami tentang pengaruh pendidikan dan faktor lainnya terhadap self-esteem:
1. Faktor Natural: Beberapa orang mungkin memiliki kecenderungan bawaan untuk memiliki self-esteem yang tinggi atau rendah. Faktor genetik dan temperamen individu dapat mempengaruhi bagaimana seseorang mengalami perasaan diri mereka.
2. Pengalaman Kehidupan: Pengalaman yang dialami sepanjang kehidupan seseorang juga dapat mempengaruhi self-esteem mereka. Pengalaman positif, seperti penerimaan dari orang tua, dukungan sosial, dan prestasi yang memuaskan, dapat meningkatkan self-esteem. Di sisi lain, pengalaman negatif seperti penolakan, kegagalan berulang, atau pengalaman trauma dapat menurunkan self-esteem.
3. Taraf Pendidikan: Pendidikan juga dapat mempengaruhi self-esteem seseorang. Proses pembelajaran yang positif, pencapaian akademis yang baik, dan penghargaan dari lingkungan pendidikan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Sebaliknya, pengalaman buruk di sekolah, tekanan akademis yang berlebihan, atau perlakuan tidak adil dapat berdampak negatif pada self-esteem.
4. Lingkungan Sosial: Lingkungan sosial, termasuk keluarga, teman, dan masyarakat, juga memiliki peran penting dalam membentuk self-esteem seseorang. Lingkungan yang mendukung, penuh kasih sayang, dan mempromosikan harga diri yang positif dapat meningkatkan self-esteem, sementara lingkungan yang merendahkan atau kritis dapat menurunkan self-esteem.