“Mengapa harus kamu? Bukankah sudah ada keluarganya?”
“Ayah Sapri yang mengharapkan aku datang. Kami merawatnya bersama.”
“Kami?
“Aku, istri Ayah Sapri, dan ini adalah ke empat anaknya.”
Aku masih belum dapat memahami. Bahkan setelah kamu menjelaskan panjang lebar kalian (kamu, Ayah Sapri, istrinya dan anak-anaknya) sudah berdamai dan sepakat melangsungkan pernikahanmu dengan Ayah Sapri. Itu janji yang akan dipenuhi setelah Ayah Sapri sembuh dari sakitnya.
“Ayah Sapri pernah mengucapkan janji yang sama dulu. Tapi dia mengingkarinya…”
“Beda, sekarang janji di depan keluarganya sendiri dan semuanya menerima. Kami sekarang seperti sebuah keluarga.”
Kamu percaya dengan janji dan perubahan yang cepat sehingga suaramu terdengar sangat bahagia ketika mengucapkan itu. Kamu tidak peduli dengan hariku yang terluka sehingga dengan enteng mengatakan hal itu seperti mengabarkan sebuah berita tentang adanya film bagus malam ini.
“Kenapa?” aku mulai tidak mampu mengendalikan emosi setelah sekian lama terdiam, “mengapa kamu lakukan ini kepadaku?
“Maaf, sayang. Aku tahu ini membuatmu sakit. Tapi aku harus mengatakannya. Aku menginginkan seorang anak dari rahimku sendiri.”
Kita pernah sepakat mengadopsi beberapa anak saat kita hidup bersama. Masihkan kamu ingat dengan semua itu?