Mohon tunggu...
Ali Efendi
Ali Efendi Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pemerhati Sosbud dan Lingkungan - Lahir dan tinggal di Kampung Nelayan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Riwayat Lautku, Dulu dan Sekarang

5 Februari 2020   16:37 Diperbarui: 5 Februari 2020   16:36 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batu karang indah yang dulu menghiasi area karang kini benar-benar telah hancur, tinggal bebatuan yang kecil. Biasa saya dan teman-teman mencari aneka macam biota laut di batas laut yang dalam dan dangkal, di situlah beraneka ragam jenis ikan laut yang sangat indah jenis.

Belangkan sekitar tahun 2017 ada Gerakan peduli sampah yang dimotori oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Karang Taruna Desa Setempat, serta dukungan masyarakat pesisir yang peduli dengan laut bersih. Melakukan gerakan peduli sampah, sertiap hari sampah di pesisir laut diangkut dengan truk sampai 5 sampai 7 kali.

Sebagian didominasi sampah plastik yang sangat menggangu biota laut untuk berkembang dan keberadaan ikan menjadi langkah. Jenis sampah plastik yang tidak bisa terurai dan tetap menjadi sampah sepanjang masa, maka saatnya untuk ditangani dengan sangat serius yang melibatkan pemerintah dan masyarakat.

Kini wajah lautku telah berubah dan berbeda dari sebelumnya, terima kasih kepada masyarakat pesisir atas kesadarannya tidak membuang sampah di laut, LSM dan Karang Taruna telah mengangkut sampah setiap hari ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Pekerjaan rumah selanjutnya menyusun program dan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), karena saat ini semua saluran limbah domestik atau limbah rumah tangga dibuang ke laut secara langsung. Hal ini berdampak pada pencemaran pesisir laut dan terjadi pencemaran udara, yaitu baunya busuk dan tidak sedap.  

Semoga ke depan ada LSM yang memiliki kepedulian dalam program IPAL Domestik dan pemerintah memberikan perhatiannya untuk program tersebut sehingga lautku menjadi indah lagi seperti yang dulu.

"Laut bukan warisan nenek moyang, tapi titipan anak cucu kita", apakah kita mau mengembalikan titipan laut dengan kondisi yang kotor, tercemar, dan sumber bau busuk? Tentu tidak demikian, maka mari menjaga bersama laut kita dengan baik, kalo tidak kita siapa lagi yang menjaganya? Semoga bermanfaat. Amin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun