Mohon tunggu...
Ali Azhari Siagian
Ali Azhari Siagian Mohon Tunggu... Guru - Guru/Tentor/Anak Kamar

aku suka menulis dan membaca, ku tulis apa yang menurutku layak di share dan di publikasikan, aku juga suka drama di dalam hidup dan itu bisa menjadi karya. (Dosa membuat kita dewasa ; Muhidin. M. Dahlan-Tuhan izinkan aku menjadi pelacur)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perlukah Mencari Muka di Dunia Kerja

16 Juli 2024   19:29 Diperbarui: 16 Juli 2024   21:31 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak hanya itu saya juga mengajar les bimbingan belajar di medan, meskipun saya door to door dan membawa nama sendiri, dan alhamdulillahnya orang tua siswa saya baik dan mau membantu uang kuliah. Semua itu tidak dengan mencari muka melainkan prestasi dan prestasi.

Menjadi guru honorer di sekolah swasta dan negeri.

Ketika menjadi guru honorer di sekolah swasta saya langsung di tes microteaching oleh kepala sekolah, kurikulum dan guru mata pelajaran senior dan alhamdulillah lulus dan langsung di angkat menjadi wali kelas VII. 

Selama menjadi guru disekolah swasta saya selalu membuat video pembelajaran di google classroom sehingga guru senior mata pelajaran lain mengikuti dan menggibahi saya sebagai guru baru.

Selama menjadi guru di swasta saya selalu memonitoring siswa saya sampai kerumah hanya untuk mengetahui kenapa anak saya tidak masuk sekolah, saat di kelas tidur saja, dan banyak hal dan saya tidak mengharapkan uang transport. 

Tidak itu saja, selama menjadi guru di swasta banyak puisi-puisi saya lahir dan dibacakan oleh siswa saya, namun guru bahasa indonesia merasa iri dan tidak mampu dalam hal membuat puisi di hari guru saat itu. 

Ketika saya di julidtin oleh guru senior saya tidak merasa kecewa dan semangkin menojolkan sisi positif saya, dan tibalah saat itu saya menjadi guru honorer tiga bulan kepala sekolah itu ingin mengangkat saya sebagai wakil kurikulum. 

Kepala sekolah melihat saya kreatif katanya selalu membuat konten pembelajaran, membuat media pembelajaran dan strategi pembelajaran sehingga siswa mudah memahami pelajaran. Itu penilain kepala sekolah terhadap diri saya, namun saya keluar dari sekolah itu dan lanjut kesekolah negeri.

Awal saya mengajar disekolah negeri, saya tidak di tes microteacing oleh kepala sekolah melainkan wakil kurikulum yaitu pak Amri saat itu, Bapak yang saya idolakan setiap tutur katanya adalah ilmu bagi saya, Bapak itu duduk di belakang kelas saya dan beliau duduk sambil memperhatikan saya mengajar saat itu masih saya sendiri yang di terima menjadi guru honorer di ajaran semester berjalan. banyak ilmu yang kudapat dari Bapak itu mengenai anak - anak SMK dan cara menghadapinya.

Beliau pernah bilang Meskipun kamu bukan tamatan pendidikan pancasila namun kamu dapat menyampaikan materi dengan singkat dan padat.  lalu saya sampaikan cuman tiga kata yaitu saya tutor pak sambil tersenyum puas. Tetapi setelah Pak Amri pensiun, banyak guru baru tidak di dimasukinya dalam kelas saat mengajar saya kecawa karena mereka belum merasakan karakter Bapak itu.

Tiga tahun berjalan mengajar di sekolah negeri, saya tidak mempunyai banyak teman, saya pikir teman karena tidak sefrekuensi dengan saya sehingga saya mengurangi berteman kembali introvert. saya tidak muluk-muluk saat berdoa karena di tiga tahun itu banyak selaki gosip yang tidak benar mengenai saya disekolah, dan alhamdulillahnya langsung di balas kontan oleh Sang khalik kepada guru yang suka menyebarkan hoax.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun