Jika melihat reaksi masyarakat, jawaban mereka adalah rasa kecewa teramat dalam ketika mereka membayar pajak dan justru pajak yang mereka bayar malah dipakai bermewah-mewah.
Beberapa dari mereka ada yang bercerita selalu pusing memikirkan pengisian SPT dan masalah pajak seperti di tagih dan jika terlambat satu hari dendanya melebihi jumlah pajak yang mereka bayarkan.
Sakit hati dan kecewa, itulah kata yang tepat.
Jika sejak awal tidak ada kasus anak pejabat pamer harta, pasti masyarakat tidak akan menguliti seluruh harta pejabat negara yang ternyata mencurigakan.Â
Meskipun begitu, ini patut di syukuri, karena jika tidak ada kasus pamer harta, kita mungkin tidak akan tahu bahwa banyak pejabat yang ternyata memiliki harta mencurigakan.
Kemudian, bagi mereka yang jujur dan memiliki integritas, saat ini pasti sedang tidur tenang tanpa masalah.
Etika dan kejujuran, itu adalah kuncinya.
Pejabat negara yang memiliki etika pasti akan mendidik dan mengajarkan pada keluarga mereka untuk tidak hidup terlalu mewah karena gaji mereka, uang mereka, berasal dari masyarakat yang bisa jadi hidup lebih sederhana.
Sehingga, akan lebih baik jika pejabat negara lebih menunduk dan hidup sederhana daripada pamer harta kemana-mana.Â
MALU, itu kata yang tepat.
Pejabat dan keluarganya harusnya malu ketika memamerkan hartanya, sedangkan gajinya berasal dari rakyat.