Saat tiba di Kawah Hujan, sudah ada beberapa wisatawan yang sedang merasakan kehangatan uap kawah serta telur yang direbus dengan air panas kawah. Saya dan teman-teman blogger pun tak mau ketinggalan. Langsung mengambil telur puyuh dan telur ayam untuk direbus di genangan air panas Kawah Hujan.
Kawah tersebut dinamakan Kawah Hujan karena jika wisatawan berada di kawah tersebut otomatis baju akan sedikit basah terkena semburan uap yang lembut seperti hujan gerimis.
Jadi di tepian kawah yang menyemburkan asap yang cukup tebal memang ada kawah yang menyemburkan air cukup deras. Semburannya  seperti air mancur alami. Siapa pun yang tidak tahu pasti akan tersebur air mancur tersebut, hehehe.
Eh, katanya penjual telur di Kawah Hujan itu sudah hampir 40 tahun berada di sana, lho. Bahkan sekarang sudah ada generasi keduanya, salah satu anaknya ikut menjual telur di sana.
Sebetulnya selain Kawah Manuk, Kawah Kereta Api, dan Kawah Hujan masih ada Kawah Beureum, kawah terakhir yang ada di kawasan Wisata Kamojang. Kemudian ada bumi perkemahan kamojang, pemandian air panas terbuka yang letaknya di sekitar bumi perkemahan, air terjun, dan danau, tetapi karena sudah siang dan harus melanjutkan perjalanan berikutnya, saya dan teman-teman blogger memutuskan meninggalkan Wisata Kamojang yang tidak hanya indah, tetapi juga cantik. Semoga nanti bisa kembali lagi.
Artikel Wisata lainnya bisa dibaca di sini:
1. Menelusuru Pulau Kyusu JepangÂ
2. Tiga Tempat Foto Anti Maenstream di BandungÂ
3.Menengok Situs Ciung Wanara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H