Mohon tunggu...
Alhubul Austad Ramadan
Alhubul Austad Ramadan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Teknik Informatika Semester 5 Di UIN MALANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran Machine Learning dalam Membedakan Dengue, Zika, Chikungunya

24 September 2024   14:00 Diperbarui: 24 September 2024   14:04 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dekade terakhir, dunia medis telah dihadapkan pada tantangan serius dalam diagnosis dini penyakit tropis seperti dengue, Zika, dan chikungunya. Ketiga penyakit ini disebarkan oleh nyamuk Aedes dan kerap menimbulkan gejala yang serupa pada tahap awal, seperti demam, nyeri otot, dan ruam kulit. Kesamaan ini menyebabkan sulitnya membedakan ketiga penyakit tersebut, terutama di wilayah-wilayah dengan fasilitas laboratorium yang terbatas. 

Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Arrubla-Hoyos, Gómez Gómez, dan De-La-Hoz-Franco (2024), salah satu solusi potensial untuk tantangan ini adalah dengan memanfaatkan teknologi machine learning. Dalam artikel mereka yang diterbitkan di jurnal Informatics, para peneliti mengembangkan model prediksi berbasis algoritma Random Forest dan Decision Tree yang mampu secara efektif mengklasifikasikan dengue, Zika, dan chikungunya.

Keunggulan utama dari pendekatan ini adalah tingkat akurasi yang sangat tinggi. Dengan menggunakan data klinis yang mencakup gejala, tanda-tanda, dan hasil laboratorium, model Random Forest yang dikembangkan dalam studi ini mampu mencapai akurasi 99,7% untuk chikungunya, 99,1% untuk dengue, dan 98,8% untuk Zika. 

Sementara metode Decision Tree juga memberikan hasil yang kompetitif dengan akurasi mendekati 96,3%. Hasil yang sangat presisi ini menunjukkan bahwa teknologi machine learning memiliki potensi besar untuk diterapkan di bidang kesehatan, khususnya di daerah-daerah dengan akses terbatas ke laboratorium dan alat diagnostik canggih.

Studi ini menggarisbawahi pentingnya pemanfaatan teknologi dalam mendukung keputusan medis yang cepat dan tepat. Dengan kemampuan machine learning yang transparan dan mudah diinterpretasikan oleh komunitas medis, solusi ini tidak hanya dapat mempercepat diagnosis tetapi juga mengurangi kesalahan dalam penanganan penyakit yang memiliki gejala serupa. Adopsi teknologi ini bisa menjadi game changer dalam upaya global mengurangi dampak kesehatan dari penyakit tropis.

Penelitian yang dilakukan oleh Arrubla-Hoyos et al. (2024) merupakan sebuah terobosan penting dalam dunia medis, khususnya dalam pemanfaatan machine learning untuk mendiagnosis penyakit tropis. Mengingat dengue, Zika, dan chikungunya adalah penyakit yang memiliki gejala awal yang sangat mirip, pengembangan model yang mampu secara efektif mengklasifikasikan ketiganya menjadi solusi yang sangat dibutuhkan. 

Dengan menggunakan dataset yang terdiri dari 150 catatan klinis dari sebuah klinik di Sincelejo, Kolombia, peneliti menerapkan teknik resampling bootstrapping untuk menyeimbangkan data yang tidak seimbang, khususnya untuk kasus chikungunya yang hanya berjumlah 6% dari total data.


Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini sangatlah tepat, mengingat keterbatasan di banyak wilayah tropis yang tidak memiliki akses ke tes diagnostik spesifik seperti RT-PCR atau ELISA. Tes-tes ini, meskipun sangat akurat, seringkali tidak tersedia di daerah terpencil karena mahalnya biaya dan kebutuhan akan peralatan yang canggih. 

Oleh karena itu, solusi berbasis machine learning yang mampu menganalisis gejala klinis dengan akurasi tinggi menjadi alternatif yang jauh lebih terjangkau dan mudah diimplementasikan. Dalam penelitian ini, model *Random Forest* terbukti sangat efektif, dengan akurasi keseluruhan mencapai 98,8% dalam mengklasifikasikan ketiga penyakit. Hal ini menandakan bahwa model ini bisa diandalkan untuk membantu dokter dalam membuat keputusan diagnostik yang tepat.


Lebih lanjut, penelitian ini mengimplementasikan pedoman diagnostik Pan American Health Organization (PAHO) tahun 2022, yang memberikan bobot evaluatif pada gejala berdasarkan bukti medis. Contohnya, gejala seperti nyeri kepala, myalgia, dan arthralgia diberi bobot yang berbeda sesuai dengan manifestasi klinis dari masing-masing penyakit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun