Dalam dekade terakhir, dunia medis telah dihadapkan pada tantangan serius dalam diagnosis dini penyakit tropis seperti dengue, Zika, dan chikungunya. Ketiga penyakit ini disebarkan oleh nyamuk Aedes dan kerap menimbulkan gejala yang serupa pada tahap awal, seperti demam, nyeri otot, dan ruam kulit. Kesamaan ini menyebabkan sulitnya membedakan ketiga penyakit tersebut, terutama di wilayah-wilayah dengan fasilitas laboratorium yang terbatas.Â
Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Arrubla-Hoyos, Gómez Gómez, dan De-La-Hoz-Franco (2024), salah satu solusi potensial untuk tantangan ini adalah dengan memanfaatkan teknologi machine learning. Dalam artikel mereka yang diterbitkan di jurnal Informatics, para peneliti mengembangkan model prediksi berbasis algoritma Random Forest dan Decision Tree yang mampu secara efektif mengklasifikasikan dengue, Zika, dan chikungunya.
Keunggulan utama dari pendekatan ini adalah tingkat akurasi yang sangat tinggi. Dengan menggunakan data klinis yang mencakup gejala, tanda-tanda, dan hasil laboratorium, model Random Forest yang dikembangkan dalam studi ini mampu mencapai akurasi 99,7% untuk chikungunya, 99,1% untuk dengue, dan 98,8% untuk Zika.Â
Sementara metode Decision Tree juga memberikan hasil yang kompetitif dengan akurasi mendekati 96,3%. Hasil yang sangat presisi ini menunjukkan bahwa teknologi machine learning memiliki potensi besar untuk diterapkan di bidang kesehatan, khususnya di daerah-daerah dengan akses terbatas ke laboratorium dan alat diagnostik canggih.
Studi ini menggarisbawahi pentingnya pemanfaatan teknologi dalam mendukung keputusan medis yang cepat dan tepat. Dengan kemampuan machine learning yang transparan dan mudah diinterpretasikan oleh komunitas medis, solusi ini tidak hanya dapat mempercepat diagnosis tetapi juga mengurangi kesalahan dalam penanganan penyakit yang memiliki gejala serupa. Adopsi teknologi ini bisa menjadi game changer dalam upaya global mengurangi dampak kesehatan dari penyakit tropis.
Penelitian yang dilakukan oleh Arrubla-Hoyos et al. (2024) merupakan sebuah terobosan penting dalam dunia medis, khususnya dalam pemanfaatan machine learning untuk mendiagnosis penyakit tropis. Mengingat dengue, Zika, dan chikungunya adalah penyakit yang memiliki gejala awal yang sangat mirip, pengembangan model yang mampu secara efektif mengklasifikasikan ketiganya menjadi solusi yang sangat dibutuhkan.Â
Dengan menggunakan dataset yang terdiri dari 150 catatan klinis dari sebuah klinik di Sincelejo, Kolombia, peneliti menerapkan teknik resampling bootstrapping untuk menyeimbangkan data yang tidak seimbang, khususnya untuk kasus chikungunya yang hanya berjumlah 6% dari total data.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini sangatlah tepat, mengingat keterbatasan di banyak wilayah tropis yang tidak memiliki akses ke tes diagnostik spesifik seperti RT-PCR atau ELISA. Tes-tes ini, meskipun sangat akurat, seringkali tidak tersedia di daerah terpencil karena mahalnya biaya dan kebutuhan akan peralatan yang canggih.Â
Oleh karena itu, solusi berbasis machine learning yang mampu menganalisis gejala klinis dengan akurasi tinggi menjadi alternatif yang jauh lebih terjangkau dan mudah diimplementasikan. Dalam penelitian ini, model *Random Forest* terbukti sangat efektif, dengan akurasi keseluruhan mencapai 98,8% dalam mengklasifikasikan ketiga penyakit. Hal ini menandakan bahwa model ini bisa diandalkan untuk membantu dokter dalam membuat keputusan diagnostik yang tepat.
Lebih lanjut, penelitian ini mengimplementasikan pedoman diagnostik Pan American Health Organization (PAHO) tahun 2022, yang memberikan bobot evaluatif pada gejala berdasarkan bukti medis. Contohnya, gejala seperti nyeri kepala, myalgia, dan arthralgia diberi bobot yang berbeda sesuai dengan manifestasi klinis dari masing-masing penyakit.Â
Penggunaan metode ini meningkatkan transparansi dan akurasi prediksi model, terutama dalam pengklasifikasian chikungunya, yang memiliki gejala seperti myalgia yang lebih menonjol dibandingkan dengan Zika dan dengue. Dengan metodologi berbasis bukti ini, model *Random Forest* mampu memprediksi chikungunya dengan tingkat akurasi 99,7%, sebuah pencapaian yang luar biasa.
Tidak hanya itu, hasil dari penelitian ini menunjukkan pentingnya inovasi di bidang kesehatan yang berfokus pada peningkatan kecepatan dan ketepatan diagnosis. Mengingat data epidemiologis dari berbagai negara menunjukkan bahwa kejadian wabah chikungunya dan Zika seringkali meningkat pada tahun-tahun tertentu (misalnya, wabah Zika yang besar terjadi pada 2016), adanya teknologi yang mampu merespons secara cepat terhadap lonjakan kasus sangatlah krusial. Dengan adopsi teknologi seperti ini, terutama di daerah rawan, potensi untuk menyelamatkan nyawa semakin besar, karena diagnosis yang cepat dan tepat dapat mempercepat tindakan medis yang sesuai.
Penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada pengembangan model prediksi berbasis data, tetapi juga memperlihatkan potensi besar kolaborasi antara ilmu data dan kesehatan. Tantangan terbesar ke depan adalah bagaimana solusi ini dapat diterapkan secara luas di lapangan, khususnya di negara-negara berkembang yang paling terdampak oleh ketiga penyakit ini. Pemanfaatan machine learning dapat membantu menjawab kebutuhan mendesak di lapangan, tetapi tentu saja dibutuhkan dukungan dari pemerintah dan organisasi kesehatan dunia untuk mendorong implementasi teknologi ini secara merata di seluruh wilayah yang memerlukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Arrubla-Hoyos et al. (2024) membuktikan bahwa machine learning dapat menjadi solusi inovatif untuk tantangan diagnosis penyakit tropis seperti dengue, Zika, dan chikungunya. Dengan akurasi prediksi yang mencapai 99,7% untuk chikungunya, 99,1% untuk dengue, dan 98,8% untuk Zika, model yang dikembangkan jelas memiliki potensi besar dalam membantu tenaga medis di lapangan. Keunggulan model *Random Forest* yang transparan dan mudah diinterpretasikan oleh komunitas medis membuatnya sangat ideal untuk diimplementasikan di daerah-daerah yang kekurangan fasilitas diagnostik canggih.
Meskipun demikian, tantangan dalam adopsi teknologi ini di lapangan tetap ada, terutama dalam hal penyediaan infrastruktur teknologi dan pelatihan tenaga medis untuk menggunakan model machine learning. Dukungan dari pemerintah serta kolaborasi antara komunitas ilmiah dan organisasi kesehatan dunia sangat diperlukan untuk memastikan bahwa teknologi ini dapat diterapkan secara efektif di wilayah yang paling membutuhkan. Implementasi machine learning di sektor kesehatan tidak hanya akan meningkatkan kualitas layanan medis, tetapi juga dapat mengurangi beban ekonomi dari wabah penyakit menular yang sering kali melumpuhkan sistem kesehatan di negara berkembang.
Dengan adanya bukti kuat dari penelitian ini, masa depan diagnosis dini penyakit tropis akan semakin bergantung pada kecerdasan buatan. Adopsi teknologi ini tidak hanya akan memberikan dampak besar bagi masyarakat di wilayah tropis, tetapi juga membantu dalam upaya global untuk mengendalikan dan mengurangi penyebaran penyakit menular secara lebih efektif.
Referensi :
Arrubla-Hoyos, W., Gómez Gómez, J., & De-La-Hoz-Franco, E. (2024). Differential classification of dengue, Zika, and chikungunya using machine learning—Random forest and decision tree techniques. Informatics, 11(3), 69. https://doi.org/10.3390/informatics11030069
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H