Sebagaian besar masyarakat Indonesia bila bicara Imlek tentunya tidak akan jauh beda dengan apa yang disebut Angpao atau hongpao (amplop berwarna merah yang berisi uang). Bagi anak-anak dan orang yang masih lajang, Imlek berarti banjir uang karena orang tua atau mereka yang sudah menikah diwajibkan memberikan angpao (amplop merah). Angpao ini biasanya diisi dengan sejumlah uang di dalamnya. Jumlahnya tidak harus besar kok, yang penting berupa uang kertas baru dan tidak berbentuk uang logam. Bagi-bagi angpao juga dipercaya makin memperlancar rejeki di kemudian hari.
Imlek Sebagai Momentum untuk Menghormati Kebhinekaan
Terlepas dari pernak-pernik, makna, tujuan dan tradisi asli masyarakat Tionghoa, maka masyarakat etnis Tionghoa harus lebih bersyukur sejak diijinkannya perayaan Imlek oleh pemerintah. Melalui perayaan Imlek yang selama dianggap sakral, seluruh masyarakat Indonesia terutama etnis Tionghoa harus mampu membuktikan kepada bangsa dan negara agar perayaan Imlek kali ini dan seterusnya dapat dijadikan momentum yang sangat berharga dan bersejarah untuk menghormati adanya kebhinekaan, keberagaman dan toleransi antar umat beragama, terutama bagi etnis Tionghoa yang merayakan.
Selain itu, perayaan Imlek tahun ini harus lebih bermakna dari tahun sebelumnya agar negara kita tercinta menjadi pelopor terciptanya kerukunan hidup antar umat beragama. Adanya kesan eksklusif dan lebel bagi etnis Etnis Tionghoa yang selama ini tidak mau membaur masyarakat lokal di Indonesia harus dihapus di seluruh wilayah Indonesia. Sebaliknya, bagi etnis Tionghoa yang memiliki kemampuan untuk dan membangun dan meningkatkan menggerakan roda perekonomian Indonesia demi kejayaan Indonesia harus beri perlakuan dan kesempatan yang sama, tanpa adanya diskriminasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H