Aplikasi Tiktok populer digunakan di Indonesia pada sekitar tahun 2020 semasa pandemi Covid-19. Kini Tiktok menjadi aplikasi media sosial yang paling populer untuk bisnis online yang ingin berjualan di Tiktok.
Pada tahun 2018, Tiktok pertama kali di kenal di Indonesia lewat tayangan viral milik anak muda bernama Bowo Alpenliebe yang masih berusia 14 tahun yang sempat tenar karena gaya dan video jogetnya yang banyak ditonton di Tiktok sehingga dijuluki sebagai artis Tiktok di Indonesia. Namun, kini video Bowo sudah jarang lagi dapat kita lihat di For Your Page (FYP) Tiktok dan malah tergantikan dengan banyaknya tayangan live streaming bisnis online yang sedang dilakukan untuk berjualan di Tiktok.
Bowo pernah diwawancarai seusai Tiktok kembali viral dan digunakan oleh banyak orang di tahun 2020.
"Aku sudah enggak main Tiktok karena sudah diblokir waktu itu. Tiktok kan sempat ditutup, pas pengen ditutup itu, sudah enggak main lagi." Kata Bowo (31/1/2020)
Banyak para pedagang online yang dulunya hanya memasarkan produk melalui e-commerce kini beralih ke penggunaan live streaming di aplikasi Tiktok. Tak jarang pada malam hari pun ramai onlineshop yang masih melakukan tayangan live streaming untuk berjualan di Tiktok.Â
Karena memang kebanyakan target pasar mereka menggunakan aplikasi Tiktok untuk berbelanja hanya di waktu senggang bukan di jam kerja. Sehingga penggunaan aplikasi Tiktok ini menjadi pemanfaatan teknologi yang terbukti dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setelah adanya pandemi Covid-19 lalu yang membuat sebagian orang harus gulung tikar dan memutar otak agar dapat bertahan di dunia industri yang mengharuskan sebagian besar orang hanya bekerja dari rumah atau work from home.
Seperti yang diutarakan oleh Kak Jill sebagai pengguna Tiktok dalam rangka berjualan di Tiktok melalui fitur live streaming. Saat diwawancarai dalam tayangan langsung di sebuah stasiun televisi Indosiar,Â
Kak membagikan kisah haru yang mengharuskan Kak Jill dapat beradaptasi menggunakan teknologi baru yang berkembang saat ini yaitu berjualan melalui media sosial yang membutuhkan pemahaman rekam video untuk melakukan live streaming berjualan di Tiktok.
"Kak Jill enggak pandai record, Kak Jill screenshot, screenshot, screenshot... Jam 6 pagi Kak Jill bangunin anak-anak Kak Jill, Nak nak nak lihat dong ini, lalu anak Kak Jill buka orang yang sama masih live streaming, Kak Jill bilang sama anak Kak Jill, mami mau dong nak kalo dapat satu hari tiga ratus ribu aja itu sudah membantu gitu Kak Jill bilang. Terus anak Kak Jill langsung bantu... buat, buat, buat, buat, buat,. Katanya sudah selesai Mami di sore hari. Terus harus tunggu verified dulu di 24 jam besok Kak Jill start. Hari pertama Kak Jill dapat 600 ribu, hari kedua 1,8 dan hari ketiga lebih baik... lebih baik... lebih baik lagi" ungkap Kak Jill.
Tentu, hal ini menjadi sebuah solusi bagi pelaku UMKM yang kesulitan menjual produknya karena hanya dengan melakukan live streaming video berjualan di Tiktok dari rumah saja, pelanggan atau calon konsumen dapat membeli produk atau dagangan mereka tanpa harus pergi ke offlinestore. Sehingga hal ini akan memudahkan proses jual beli antara onlineshop dengan para konsumennya. Bahkan, pelanggan setia yang memiliki loyalitas tinggi ada yang menanti-nanti sebelum live streaming dimulai. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan yang dilakukan Kak Jill saat berjualan di Tiktok melalui live streaming tersebut. Tak hanya dagangannya laku tetapi juga menjadi viral dan diundang di berbagai stasiun televisi.
Maka dari itu, tidak usah takut untuk memulai bisnis, karena teknologi berguna untuk mempermudah pekerjaan manusia. Manfaatkanlah teknologi media sosial untuk berjualan karena ternyata saat ini konsumen lebih banyak tertarik dengan pendekatan persuasif yang dilakukan untuk berjualan di aplikasi ketimbang belanja secara langsung. Live steaming memang sangat memengaruhi perilaku konsumen saat berbelanja. Selain itu, biasanya berjualan secara online memiliki keuntungan yang lebih banyak karena selain tidak bayar sewa toko, baik penjual dan pembeli dapat meraih promo dan penawaran terbaik yang salah satunya dapat dialami ketika memulai bisnis berjualan di Tiktok. Sebab, pengalaman digital yang menarik dimulai dengan mengetahui cara seperti apa yang ingin dicapai semisal berjualan seperti cara Kak Jill berjoget "Sepuluh gelombang kanan, sepuluh gelombang kiri" atau cara lain yang sesuai dengan gaya kalian masing-masing. Bukan tentang teknologi dan otomatisasi baru yang disoroti melainkan kepada seberapa banyak pemahaman kita dalam menggunakan teknologi untuk menciptakan pengalaman yang membantu pelanggan onlineshop dapat mengembangkan rasa kontrol dan kepercayaan diri yang lebih besar dengan cara yang modern, unik, kreatif dan terus memiliki inovasi jangka panjang agar tidak tergerus tayangan lain yang banyak bermunculan, khususnya dalam memanfaatkan fitur FYP di Tiktok.
Faktanya, studi Gartner menemukan bahwa "Hanya 14% pelanggan yang memiliki interaksi digital dengan merek yang membuat mereka melakukan sesuatu yang berbeda. Apa yang berbeda adalah ketika merek membingkai ulang pendekatan mereka untuk fokus pada bagaimana mereka dapat membantu meningkatkan kesadaran diri pelanggan mereka, daripada hanya meningkatkan persepsi pelanggan tentang produk dan layanan mereka saja". Pelanggan mendambakan pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri. Dengan melakukan itu, mereka akan lebih berhasil dalam memenuhi tujuan mereka atau mencapai tujuan mereka. Studi Gartner menemukan bahwa pelanggan B2B dan B2C setuju bahwa jika mereka "menyadari sesuatu yang baru tentang kebutuhan atau tujuan mereka sendiri", mereka 1,73 kali lebih mungkin untuk membeli lebih banyak.
Pandemi telah mengajari kita tentang adanya peran penting yang dilakukan oleh pelaku bisnis UMKM/B2b/B2C yang beradaptasi melalui penggunaan teknologi atau media baru. Empati pelanggan adalah elemen dari strategi keterlibatan pelanggan yang menyeimbangkan pemahaman mendalam tentang situasi, minat, dan niat pelanggan terhadap produk yang dijual oleh onlineshop. Tentu hal ini tidak semudah apa yang dibayangkan, terutama ketika memengaruhi pelanggan dan membanguun citra produk kepada para audiens. Ketika kita memahami pelanggan dengan cukup baik, itu memberi kita kemampuan untuk terhubung dengan mereka pada tingkat yang lebih dalam walaupun dengan cara yang sederhana semisal memanggil nama audiens saat live streaming untuk menciptakan ketertarikan dan rasa hormat atau menghargai penonton live streaming.
Pengalaman pelanggan yang luar biasa bukan tentang mengetahui setiap detail tentang pelanggan Anda, ini tentang mengetahui apa yang pelanggan Anda lakukan, dan mengapa mereka melakukannya. Tunjukkan bahwa Anda memahami bagaimana membantu mereka menjadi sukses dan percaya diri untuk menggunakan produk yang Anda jual. Jadi, pertanyaan yang lebih baik untuk ditanyakan adalah bagaimana cara melakukan pendekatan terhadap audiens saat berjualan di media sosial sebagai pengalaman digital yang lebih teratur dan dapat ditargetkam kepada sasaran konsumen yang tepat sehingga menarik di mata pelanggan.Penggunaan Teknologi Media Sosial Untuk Berjualan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H