Mohon tunggu...
Alhawaris
Alhawaris Mohon Tunggu... Dosen - Bontang, Kalimantan Timur, Indonesia

Dosen FK Universitas Mulawarman

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Puasa di Kala Wabah, Mungkinkah?

23 April 2020   03:29 Diperbarui: 23 April 2020   03:21 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: www.lipstiq.com

Hal lainnya, pemeriksaan jumlah imunoglobulin A (IgA) dalam saliva (air liur) pada partisipan yang sama mengalami penurunan yang cukup signifikan. Baik IgG, IgM serta IgA merupakan komponen imunitas humoral tubuh yang berperan dalam pertahanan terhadap infeksi kuman. Belum diketahui secara pasti mengapa IgA yang jumlahnya cukup banyak pada air liur mengalami penurunan pada saat puasa. Di sisi lain, jumlah salah satu jenis sel darah putih, yaitu limfosit yang juga berperan besar sebagai imunitas seluler dalam mengeliminasi kuman berbahaya di dalam tubuh mengalami kenaikan.

Adanya perbedaan jumlah pada beberapa komponen imunitas tubuh dalam penelitian tersebut tidak menyebabkan adanya gangguan kesehatan pada orang sehat secara signifikan. Meskipun demikian, menurut Omer ND dan kawan-kawan, masih perlu banyak penelitian lagi ke depannya untuk mengetahui dan menjelaskan secara detail pengaruh puasa terhadap kondisi imunitas tubuh manusia.  

Ibadah puasa juga dapat melatih seseorang untuk senantiasa mengontrol emosi dan mengelola stres dengan baik. Emosi maupun stress yang tidak terkontrol dapat mempengaruhi imunitas tubuh serta meningkatkan kerentanan terhadap penyakit maupun infeksi. Hormon stres yaitu kortisol dapat menekan sitem imun tubuh. Stres juga dapat mempengaruhi pelepasan glukokortikoid yang memiliki aktivitas imunosupresif (menekan sistem imun). Dengan kata lain, emosi dan stres berpotensi besar menurunkan daya tahan tubuh kita.

Berdasarkan beberapa paparan keilmuan tersebut, tampaknya puasa memang memiliki peranan yang penting dalam pengendalian penyakit pada manusia.

Badan Kesehatan Dunia, WHO sendiri tidak pernah mengeluarkan himbauan maupun ketetapan untuk meniadakan puasa di bulan Ramdhan. Dalam laman resminya, WHO bahkan mengeluarkan sejumlah panduan menjalankan aktivitas di bulan Ramadhan di tengah pandemik COVID-19, mulai dari menjaga kondisi tubuh hingga beberapa strategi pencegahan.

Salah satu poin penting yang dijelaskan oleh WHO adalah belum adanya studi literatur yang menyatakan hubungan antara puasa dengan risiko COVID-19. Bagi orang sehat, pada masa pandemik ini masih dapat melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan sebagaimana tahun sebelumnya. Sedangkan bagi pasien penderita COVID-19 memiliki pertimbangan tersendiri dari segi agama untuk tidak berpuasa berdasarkan saran dari dokter sesuai dengan kondisi sakit yang dideritanya.

Pada saat puasa tubuh kita akan berpotensi mengeluarkan banyak cairan serta komponen elektrolit lainnya dari dalam tubuh. Masih pada penelitian yang sama yang dilakkan oleh Omer ND dan kawan-kawan menunjukkan bahwa pada partisipan yang sehat, jumlah komponen elektrolit penting untuk tubuh kita seperti ion natrium (Na+) dan ion klorida (Cl-) mengalami penurunan yang signifikan saat puasa.

Oleh karena itu, sebagaimana saran dari WHO, maka orang yang akan berpuasa nanti pada bulan Ramadhan sebaiknya memperhatikan aktivitas hariannya agar tidak terjadi dehidrasi dengan secukupnya mengkonsumsi air sesuai kebutuhan saat waktu berbuka hingga imsak. Selain itu, asupan nutrisi juga perlu diperhatikan saat puasa untuk menunjang kekuatan fisik tubuh saat berpuasa, apalagi di kala wabah. Tak perlu mahal, banyak bahan makanan di sekitar kita mulai sayur, kacang-kacangan, telur dan bahan relatif murah lainnya pun dapat digunakan untuk memenuhi asupan nutrisi selama puasa.

Bulan puasa juga dapat menjadi momentum untuk membiasakan diri menhindari kebiasaan merokok. Tentu saja hal ini juga harus didukung dengan niat yang kuat. Selain dapat merusak organ penting pernafasan, aktivitas merokok juga dapat memperparah insiden COVID-19. Berdasarkan studi terbaru pada bulan Maret 2020 yang dilakukan oleh Samuel JB dan kawan-kawan menjelaskan bahwa merokok dapat meninkatkan aktivitas ACE2 (Angiotensin-Converting Enzyme-2) yang merupakan reseptor (tempat melekat) Coronavirus sehingga dapat memperparah COVID-19.

Selain itu, para peneliti tersebut pun mengungkapkan bahwa Indonesia dapat berpotensi menjadi negara dengan angka kejadian tinggi COVID-19 dikarenakan angka perokoknya yang sangat tinggi, terutama di kalangan pria yaitu di atas 60%. Tentu saja hal tersebut patut kita pertimbangkan dan besar harapan dapat kita cegah dengan membiasakan diri melepaskan kebiasaan merokok dimulai sejak awal kita memasuki bulan Ramadhan nanti hingga seterusnya.

Kesimpulannya, kita masih dapat menjalankan ibadah puasa di tengah wabah COVID-19 dengan tetap memperhatikan kondisi tubuh kita dan melaksanakan dengan displin setiap himbauan dari Pemerintah terkait pencegahan penularan COVID-19. Besar harapan semoga kita dapat melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan ini dengan lancar dan dalam kondisi yang senantiasa diberi kesehatan oleh-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun