Pengunaan masker, menjaga kebersihan diri, atau menjalankan pola hidup bersih dan sehat lainnya adalah unsur tambahan dalam pencegahan. Jika prinsip utama tersebut tidak dilaksanakan, maka wabah infeksius tersebut berpotensi meluas ke daerah lainnya hingga skala besar. Â
Selain prinsip pencegahan tersebut, hal penting lainnya yang berperan bahkan menjadi kunci dalam menghadapi serangan kuman berbahaya ketika wabah menerpa adalah imunitas.Â
Imunitas dapat diartikan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi, dalam hal ini adalah infeksi kuman. Kondisi tubuh seseorang, apakah akan bertahan atau mengalami kemunduran bahkan kematian ketika kuman berbahaya menginvasi tubuhnya sangat ditentukan oleh kondisi imunitasnya.
Imunitas tubuh seseorang dapat diibaratkan sebuah markas besar militer yang terdiri atas sejumlah divisi berisikan pasukan tempur beserta perlengkapannya untuk menghadapi musuh yang masuk (kuman).Â
Setiap divisi memiliki karakteristik, kekuatan, dan fungsi masing-masing. Namun dalam menjalankan tugasnya, seluruh pasukan yang terlibat dalam menghadapi kuman di dalam tubuh akan saling berkoordinasi satu sama lain, membentuk suatu sistem pertahanan yang disebut sistem imun.
Ada 2 divisi utama pertahanan tubuh kita dalam menghadapi infeksi kuman, yaitu divisi pertahanan non spesifik (NS) dan divisi pertahanan spesifik (SP). Kedua divisi pertahanan tersebut terbagi lagi menjadi beberapa subdivisi dengan pasukan yang memiliki tugas masing-masing.Â
Sebagaimana namanya, pasukan yang berada dalam divisi pertahanan NS tidak memiliki spesifikasi kekuatan tertentu untuk kuman tertentu. Boleh dikata, kuman apapun yang masuk ke dalam tubuh akan dilawan dengan strategi yang sama dengan kekuatan yang sama, tanpa memilah jenis kuman.
Beberapa contoh pertahanan NS yang berperan sebagai benteng terdepan ketika kuman berusaha masuk misalnya rambut-rambut pada bulu hidung, keringat, dan air mata.Â
Apabila kuman berhasil melewati benteng terdepan, maka di dalam tubuh sudah siap pertahanan NS lainnya, seperti asam lambung yang dapat merontokkan tubuh kuman apabila memasukinya, komplemen yang dapat langsung menghancurkan kuman atau menangkap kuman kemudian memanggil pasukan pertahanan tubuh lainnya untuk segera menghabisi kuman tersebut (disebut peristiwa opsonisasi), serta beberapa jenis sel darah putih (leukosit) yang dapat menangkap dan memakan kuman yang ditemuinya hingga berkeping-keping (disebut peristiwa fagositosis).
Berbeda dengan pasukan yang berada dalam divisi pertahanan NS, divisi pertahanan SP terdiri atas pasukan yang memiliki spesifikasi dan strategi tertentu dalam menghadapi kuman.Â
Pada saat kuman jenis baru atau pertama kalinya masuk ke dalam tubuh kita, pasukan pertahanan SP biasanya tidak akan optimal dan cukup kewalahan menghadapinya bahkan kadang mengalami kekalahan jika kuantitas maupun kualitas dari kuman tersebut jauh lebih besar.