Antibiotik yang digunakan serampangan bisa menyebabkan flora normal yang sering mendatangkan manfaat bagi tubuh akan menjadi mati atau berkurang kuantitasnya pada tubuh sehingga mikroorganisme berbahaya yang bisa dicegah oleh flora normal tersebut menjadi lebih leluasa menginfeksi tubuh.
Bahaya lainnya yang mengintai adalah munculnya kasus resistensi mikroorganisme terhadap obat. Artinya, mikroorgansime berbahaya yang seharusnya bisa dimatikan mengggunakan antibiotik sesuai standar, justru menjadi kebal atau tidak mengalami efek apa-apa terhadap obat yang diberikan. Kasus resistensi justru berpotensi membawa pada kasus yang fatal yang mungkin akan sulit untuk ditangani.
Kasus lainnya seperti penderita influenza (infeksi virus) yang diberikan antibiotik, maka hal tersebut adalah kesalahan besar sebab antibiotik penggunaannya tidak ditujukan untuk virus. Virus penyebab influenza tentu saja tidak akan merasakan efek apa-apa dari pemberian antibiotik.
Oleh karena itu, penggunaan antibiotik sepatutnya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh ahlinya. Cara konsumsinya pun harus dituntaskan sesuai resep yang diberikan dan tak boleh dihentikan di pertengahan hanya karena alasan tubuh kita sudah merasa baik. Hal ini untuk menhindari kasus resistensi antibiotik.
Penyedia obat-obatan pun tidak boleh menjual secara bebas antibiotik kepada masyarakat umum. Permintaan akan antibiotik oleh penderita atau pasien harus mengikuti alur yang benar.
Edukasi terhadap masyarakat terkait penggunaan antibiotik merupakan tangggung jawab kita bersama khususnya para pelaku di bidang medis agar masyarakat bisa bijak terhadap penggunaan antibiotik maupun obat-obatan demi menciptakan masyarakat yang sehat dan negara yang kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H