Mohon tunggu...
Damara Puteri S
Damara Puteri S Mohon Tunggu... Penulis - Self healing by writing

Seorang ibu yang suka menulis sebagai sarana mencurahkan isi hati dan kepala.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Kita Harus Bermpimpi Besar?

14 Oktober 2023   15:17 Diperbarui: 14 Oktober 2023   15:19 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Dari tilik sejarah Bung Karno tersebut, penulis kembali mengajak pembaca untuk tilik sejarah manusia. Sebagai umat beragama (khususnya Islam), tentu kita akan tilik sejarah manusia dimulai dari awal penciptaan manusia. Tuhan dengan kuasa-Nya menciptakan makhluk bernama manusia. Sepasang manusia awal yang Tuhan ciptakan itu mula-mula menjadi penghuni alam Surga. Yakni suatu tempat di sisi-Nya yang sangat nyaman dan menunjang segala kebutuhan maupun keinginan penghuninya.

Suatu waktu, sepasang manusia ciptaan Tuhan tergoda untuk melakukan perbuatan terlarang. Keduanya pun tidak lagi menjadi penghuni alam Surga dan pindah menjadi manusia yang tinggal dan hidup di alam dunia. Di planet bernama Bumi, tepatnya. Yakni sebuah tempat di alam dunia yang juga menyajikan berbagai kebutuhan hidup.

Bedanya, di alam dunia manusia harus berusaha terlebih dahulu untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup maupun keinginannya. Di alam dunia juga terdapat hal-hal yang berpotensi memberikan perasaan duka (termasuk lelah, sedih, kecewa, marah, dan emosi negatif lainnya). Tidak seperti alam Surga yang senantiasa membuat penghuninya bersuka cita.

Tidak selamanya manusia menghuni Bumi. Adalah janji Tuhan bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kelak, manusia mengenal yang namanya usia dan ajal. Tetapi kematian bukanlah sebuah akhir dari perjalanan seorang manusia. Alam akhirat yang terbagi menjadi Surga dan Neraka inilah titik akhir pemberhentian setiap nyawa. Jika telah terkisah bahwa alam Surga adalah tempat yang menyenangkan, maka Neraka merupakan kebalikannya. Tidak ada kebahagiaan sedikitpun yang akan dirasakan oleh para penghuninya.

Bagi yang sungguh-sungguh beriman, menjalankan setiap perintah dan menjauhi larangan Tuhan-lah yang akan kembali ke asalnya. Kembali ke alam Surga. Itulah janji Tuhan yang Maha Benar.

Sekarang, bukankah bermimpi untuk bisa kembali ke "kampung halaman" di alam akhirat ini adalah mimpi yang besar? Sebuah mimpi yang mengandung konsekuensi besar sehingga Tuhan berpesan agar kita menjadi manusia yang bisa memberikan manfaat sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya bagi sesama manusia (sekaligus berbuat baik kepada hewan dan alam).

Untuk itulah, misi kita sebagai manusia sudah besar sejak awal. Misi untuk kembali pulang ke "kampung halaman". Sehingga layaklah bagi kita semua untuk memiliki "mimpi besar" itu.

"Ah, itu mimpi yang kejauhan! Mimpi yang terlalu besar!"

Kejauhan? Sepertinya tidak. Jika batasnya adalah kematian, maka itu menjadi amat dekat. Karena tidak ada yang tahu pasti apakah esok kita masih hidup di dunia yang fana ini.

Terlalu besar? Itu persepsi semata. Kalau kembali pulang ke "kampung halaman" adalah sesuatu yang terlalu besar, maka apa yang lebih layak untuk dicapai seorang anak manusia? Menjadi kaya dan berkuasa? Kematian tetap akan merenggut semuanya, bukan?

Jika mimpi itu begitu besar, maka fokuslah pada prosesnya. Fokus pada langkah demi langkah yang dijalani. Tahap demi tahap yang dilalui. Serta fokus menghadapi satu per satu masalah yang menghampiri. Pastikan segalanya dilakukan dengan cara-cara yang diperkenankan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun