Nabi Muhammad saw
Satu sisi merasa aman di dalam perlindungan pamannya, Abu Thalib, dari diskriminasi oleh orang-orang kafir Quraisy. Namun di sisi lain merasa sangat sedih karena hingga hembusan nafas terakhir paman yang amat disayanginya itu tidak kunjung beriman pada Allah. Tak lama setelah kepergian pamannya, istri tercintanya pun menyusul menghadap Allah meninggalkan nabi. Merasa terpuruk, Allah memperjalankan nabi yang dikenal sebagai peristiwa Isra' Mi'raj. Sejak peristiwa spiritual yang hebat itu, sejarah tidak pernah mencatat masa dimana Nabi kembali berduka yang begitu mendalam. Nabi menghabiskan sisa hidupnya dengan kegigihan dalam memperjuangkan Islam.
Dari ketiga kisah tersebut, sikap yang bisa diteladani dalam menghadapi ujian dari Allah ialah:Â
- Senantiasa mendudukkan jati diri kita sebagai hamba Allah yang wajib tunduk patuh pada-Nya. Jati diri sebagai ciptaan yang harus menaati penciptanya tanpa tapi
- Menyadari secara penuh, bahwa kehidupan kita didesain untuk ujian. Segala kenikmatan dan kebaikan maupun musibah/bencana dan keburukan yang menimpa kita adalah ujian keimanan yang harus dihadapi dengan tetap bersabar, berikhtiar, bersyukur, dan gigih seperti halnya para nabi
- Memahami secara obyektif bahwa setiap manusia tidak mengalami ujian yang sama karena kemampuannya berbeda-beda. Dan meskipun sunatullah yang berjalan bisa jadi berbeda, tetapi masih sama-sama memiliki potensi untuk mampu menyelesaikan setiap ujian dengan baik
- Memetakan kembali SWOT yang dimiliki secara obyektif agar efektif efisien menghadapi ujian hidup
- Menanamkan sikap fokus, persisten, upgrading kualitas diri secara kontinyu dan berserah diri pada Yang Maha Menguji. Karena seringkali kita merasa sendirian dan buntu dalam menyelesaikan persoalan hidup. Padahal Allah telah memberi petunjuk melalui sunatullah-sunatullah-Nya yang sebenarnya berseliweran di sekitar kita.
Ya Allah, Engkau-lah Tuhan Yang Maha Rahiim. Pencipta Bumi dan langit seisinya. Yang berkuasa atas seluruh alam raya. Satu-satunya sesembahan manusia hingga berakhirnya masa. Ya Allah, ya Ghaffar. Ampunilah dosa-dosaku, dosa bapak ibuku, dan saudara-saudara seimanku yang seringkali lalai dari perintah-Mu disebabkan ujian kenikmatan yang baik dari sisi-Mu. Ampunilah diriku yang baru mengingat-Mu ketika sempit karena Engkau menguji diriku dengan musibah, bencana, dan keburukan lainnya. Sungguh, ya Rabb. Tanpa rahman dari-Mu, maka aku termasuk orang-orang yang merugi. Maka, ampunilah aku dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang beruntung. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H