Secara lebih terperinci, Allah memperingatkan manusia bahwa ujian bisa datang berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan (QS. Al-Baqarah: 155). Yakni untuk menguji apakah manusia masih ber-khusnudzon pada Yang Maha Pemurah lagi Maha Pemberi. Harta yang dimiliki maupun karunia yang bersemayam dalam diri manusia itu sendiri juga merupakan ujian (QS. Ali Imran: 186). Yakni untuk menguji apakah manusia masih merendah di hadapan Dzat Yang Maha Kaya.
Pernah penulis membaca quote spiritual, "aku tidak peduli atas keadaan susah/senangku, karena aku tak tahu manakah di antara keduanya itu yang lebih baik bagiku". Kata-kata nasihat ini ada benarnya juga, mengingat ujian Allah hadir dalam bentuk kenikmatan yang menyenangkan maupun musibah yang membuat susah. Tiada yang lebih baik karena semua tergantung cara kita menyikapinya.
Â
Karakter Ujian
1. Bisa dijalankan; 2. Mengandung konsekuensi yang setimpal
Setelah memahami wujud ujian dari Allah, sebagian dari kita mungkin ada yang merasa sedikit pesimis. Bagaimana tidak? Jika susah senang adalah ujian. Hidup berkecukupan maupun kekurangan juga ujian. Apa-apa menjadi ujian. Bagaimanapun hidup (sebagai manusia) itu adalah ujian. Tapi kabar baiknya, Allah ternyata telah menjamin setiap hamba-Nya memiliki potensi untuk sukses. Berhasil. Lolos dari ujian yang dihadapi. Sebagaimana Allah berfirman bahwa, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya." (QS. Al-Baqarah: 286).
Dari ayat tersebut kita tahu bahwa tingkat kesulitan setiap ujian pastilah sudah disesuaikan dengan kesanggupan seseorang untuk menyelesaikannya secara optimal. Sesuai lirik sebuah lagu, "karena Tuhan telah mengukur diri ini" dalam lagu Tuhan Tahu Kita Mampu oleh Ali Sastra. Yakinilah bahwa setiap ujian bisa dilalui dengan baik apabila manusia mampu memanfaatkan dengan benar potensi akal dan kehendak bebasnya. Kita tahu pula bahwa setiap ujian yang dilakukan pasti ada balasannya. Bila ujian dijalankan dengan tetap berbuat baik, maka ganjarannya pahala. Namun jika ujian dijalankan dengan perbuatan yang tidak baik, maka siksaan teramat pedih yang menjadi ganjarannya.
Menyikapi Ujian Hidup
Untuk membantu menggambarkan bagaimana sikap yang baik dan benar dalam menghadapi setiap ujian dari Allah, kita bisa meneladani sikap beberapa utusan Allah dalam menghadapi ujian yang mereka alami masing-masing sebagai orang-orang terdahulu yang telah teruji keimanannya.
Nabi Ibrahim as
Tidak lama setelah kebahagiaan menghinggapi saat putra pertama yang dinantikannya itu lahir, ujian berupa kesedihan pun melanda karena Allah memberi perintah untuk meninggalkan istri dan anak semata wayangnya yang masih bayi itu di padang pasir luas nan terik. Saat kebahagiaan kembali dirasakan kala bertemu kembali dengan Ismail yang sudah remaja, tak lama kemudian Allah memberi perintah untuk menyembelih putra yang sangat dirindunya itu. Dengan sabar, keduanya melaksanakan perintah tersebut hingga datang pertolongan Allah berupa seekor domba yang menggantikan Ismail. Kini Nabi Ibrahim as dikenal sebagai Bapak Para Nabi karena keturunannya banyak yang diangkat menjadi nabi berkat keimanan mereka pada Allah.Â
Nabi Ayyub as
Diberikan kenikmatan hidup bergelimang harta serta memiliki keluarga yang taat pada Allah. Tiba-tiba diuji dengan berbagai musibah yang datang bertubi-tubi. Semua hewan ternak mati terkena penyakit. Anak-anaknya tewas tertimpa bangunan rumah. Penyakit kulit menjijikkan menjadikannya kurus kering tak berdaya dan membuat semua orang mengucilkannya kecuali seorang istri yang setia. Tapi nabi masih sangat ber-khusnudzon pada Allah sehingga rahmat Allah berupa kenikmatan sehat dan harta kembali ia peroleh.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!