Sebagai gambaran saja, kita ingat kembali mengenai kasus yang ternyata berujung hoaks yang dilakukan oleh seorang aktivis terkenal yang mengaku dianiaya hingga babak belur wajahnya. Aktivis tersebut merupakan salah satu pimpinan tim kampanye salah satu paslon presiden dan wakil presiden dalam masa menjelang pemilu 2019. Kabar dirinya yang dianiaya oleh seseorang tentu menjadi buah bibir di masyarakat. Banyak spekulasi yang bermunculan. Tetapi yang paling banyak dibicarakan adalah spekulasi bahwa pelaku penyerangan terhadap aktivis malang tersebut tidak lain adalah pendukung fanatik dari paslon yang selainnya. Situasi memanas saat paslon yang didukung oleh aktivis tersebut mengadakan konferensi pers dan menyampaikan keprihatinan dan kekecewaan atas tindakan kekerasan yang dialamatkan kepada salah seorang tim kampanyenya.
Kemudian demi menemukan informasi yang sebenarnya, dilakukanlah penyelidikan dan pemeriksaan oleh para ahli. Dari situlah, orang-orang yang memiliki kemampuan analisa terhadap realitas memar di wajah aktivis tersebut akhirnya menemukan data fakta bahwa memar-memar tersebut bukanlah memar akibat pukulan. Ditelisik lebih dalam, ternyata sang aktivis mengalami memar akibat operasi plastik yang dijalaninya. Nah, dari sinilah peran pentingnya pemuda yang mengerahkan literasi dalam mengkroscekkan data fakta dengan ilmu terkait yang dikuasainya sehingga menjadi formula pemecahan masalah yang efektif efisien. Dengan begitu, publik termasuk pemuda milenial lainnya pun menjadi tahu kebenarannya dan bisa mengambil sikap yang bijak terhadap hoaks yang kadung disebarluaskan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H