Mohon tunggu...
Damara Puteri S
Damara Puteri S Mohon Tunggu... Penulis - Self healing by writing

Seorang ibu yang suka menulis sebagai sarana mencurahkan isi hati dan kepala.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Literasi Wajib bagi Pemuda Milenial

19 April 2022   16:24 Diperbarui: 21 April 2022   15:11 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!"

...adalah ungkapan yang tidak asing bagi rakyat Indonesia. Sebegitu greget pemuda di mata beliau sehingga bukan uang, emas, ataupun materi lainnya yang beliau minta untuk bisa mencetak sejarah baru peradaban dunia. Sumpah Pemuda menjadi ikrar suci kaum pemuda-pemudi Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Perjuangan berat nan panjang itu pun membuahkan hasil. Yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat penuh untuk menentukan nasib tanpa campur tangan bangsa dan/atau negara lain.

Menurut UU Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, disebutkan bahwa yang dimaksud "pemuda" adalah WNI yang berusia 16 sampai 30 tahun (Pasal 1). Disampaikan pula pada Pasal 17 ayat 2 bahwa pemuda berperan aktif sebagai kontrol sosial yang salah satu perwujudannya adalah dengan membangkitkan sikap kritis terhadap lingkungan dan penegakan hukum.

Dari pernyataan Bung Karno yang menggelora tentang betapa hebatnya kekuatan pemuda dan penjelasan mengenai siapa dan apa peran aktif pemuda bangsa khususnya bangsa Indonesia, kita bisa menyimpulkan bahwa kawula muda usia 16-30 tahun memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat Indonesia. Untuk itu, pemuda harus memiliki kepekaan yang tinggi terhadap hal-hal yang bertentangan dengan nilai kebenaran yang terjadi di lingkungannya agar bisa mengambil sikap kritis yang tepat. Termasuk mereka yang dijuluki "pemuda milenial".

Oleh banyak pakar, istilah "generasi milenial" adalah mereka yang lahir pada tahun 1980-1990 atau pada awal tahun 2000. Jika Anda lahir pada tahun 2000, maka pada tahun 2019 ini, Anda termasuk kategori pemuda milenial karena berusia 19 tahun. Dan itu berarti, tanggung jawab untuk menjadi kontrol sosial di lingkungan Anda sudah sepenuhnya ada di pundak Anda.

Banyaknya informasi yang bertebaran di berbagai media sosial (WhatsApp, Facebook, Instagram, Twitter, dsb) menjadi tantangan berat yang harus dihadapi oleh pemuda milenial. Saking banyaknya informasi yang bertebaran, cukup sulit untuk mengetahui mana informasi yang benar dan mana yang salah. Sehingga, ancaman terpapar virus hoaks alias berita bohong akan selalu mengintai kaum milenial.     

Dampak dari terpaparnya virus hoaks pada kaum milenial ini cukup mengerikan. Kenapa? Ingat, sepanjang sejarah peradaban manusia, pergerakan yang dilakukan oleh para pemuda adalah yang paling masif dan cukup berpengaruh. Pergerakan perubahan akan menghasilkan kemajuan bila dilandaskan atas kebenaran yang berasal dari pengolahan obyektif dan matang atas data-data dan informasi yang benar yang didapatkan. Pun berlaku sebaliknya. Pergerakan perubahan pemuda milenial akan mengantarkan kita pada kehancuran kehidupan bermasyarakat bila landasan pergerakan justru bersumber dari data dan informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan rasional.

Literasi adalah salah satu solusi efektif dalam memerangi berita/informasi hoaks yang mengguyur kaum milenial. Jika boleh penulis katakan, literasi seharusnya menjadi skill yang wajib dikuasai pemuda milenial terutama untuk menjalankan perannya sebagai kontrol sosial yang mengharuskan bersikap kritis termasuk kritis dalam menerima informasi sebagai kebenaran obyektif. Yang mana informasi tersebut akan dijadikan landasan dalam mengambil suatu keputusan pemikiran maupun tindakan agar bisa berdampak pada kemajuan masyarakat.

Definisi yang dijelaskan National Institute for Literacy terkait Literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Sedangkan menurut KBBI Daring mendefinisikan Literasi sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.

Berdasarkan dua pengertian tentang Literasi di atas, bisa ditarik benang merahnya. Bahwa Literasi adalah sebuah kemampuan individu untuk mengolah informasi. Yakni memahami, melibati, dan menganalisis teks maupun visual berupa gambar, video, dan adegan/realitas. Tanpa kemampuan ini, pemuda milenial akan kesulitan menentukan mana informasi yang benar dan yang hoaks sebagai pijakan pengambilan keputusan pergerakan perubahan. Sehingga Literasi memiliki tujuan mendapatkan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan rasional sebagai dasar/landasan pemecahan masalah di berbagai bidang sektor di masyarakat.  

Sebagai gambaran saja, kita ingat kembali mengenai kasus yang ternyata berujung hoaks yang dilakukan oleh seorang aktivis terkenal yang mengaku dianiaya hingga babak belur wajahnya. Aktivis tersebut merupakan salah satu pimpinan tim kampanye salah satu paslon presiden dan wakil presiden dalam masa menjelang pemilu 2019. Kabar dirinya yang dianiaya oleh seseorang tentu menjadi buah bibir di masyarakat. Banyak spekulasi yang bermunculan. Tetapi yang paling banyak dibicarakan adalah spekulasi bahwa pelaku penyerangan terhadap aktivis malang tersebut tidak lain adalah pendukung fanatik dari paslon yang selainnya. Situasi memanas saat paslon yang didukung oleh aktivis tersebut mengadakan konferensi pers dan menyampaikan keprihatinan dan kekecewaan atas tindakan kekerasan yang dialamatkan kepada salah seorang tim kampanyenya.

Kemudian demi menemukan informasi yang sebenarnya, dilakukanlah penyelidikan dan pemeriksaan oleh para ahli. Dari situlah, orang-orang yang memiliki kemampuan analisa terhadap realitas memar di wajah aktivis tersebut akhirnya menemukan data fakta bahwa memar-memar tersebut bukanlah memar akibat pukulan. Ditelisik lebih dalam, ternyata sang aktivis mengalami memar akibat operasi plastik yang dijalaninya. Nah, dari sinilah peran pentingnya pemuda yang mengerahkan literasi dalam mengkroscekkan data fakta dengan ilmu terkait yang dikuasainya sehingga menjadi formula pemecahan masalah yang efektif efisien. Dengan begitu, publik termasuk pemuda milenial lainnya pun menjadi tahu kebenarannya dan bisa mengambil sikap yang bijak terhadap hoaks yang kadung disebarluaskan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun