Islam adalah agama ibrahimiyah terakhir yang diperuntukkan kepada seluruh umat manusia yang tidak terbatas terhadap ras, suku, warga negara, latar belakang pendidikan dan lain sebagainya. Islam diturunkan sebagai agama yang rahmatan lil'alamin, yang berperan sebagai pelengkap dari ajaran ajaran ibrahimiyah yang datang sebelumnya. Agama Islam adalah agama yang identik dengan Al-Qur'an dan Nabi Muhammad SAW, Al-Qur'an sendiri berperan sebagai landasan ajaran  pokok dalam Islam sepertinya ketuhanan, ekonomi, adab, sosial humaniora, politik, dsb.Â
Sedangkan Nabi Muhammad SAW berperan sebagai Rasul Allah yang bertugas untuk menyampaikan, menjabarkan, menjelaskan, mempraktekkan, apa apa saja dari isi Al-Qur'an tersebut, seperti banyak pandangan ulama bahwasanya Rasulullah SAW merupakan perwujudan dari Al-Qur'an itu sendiri, dan tak sedikit yang berkata bahwasanya Rasulullah SAW adalah Al-Qur'an yang berjalan, itu semua disebabkan karena implementasi dari ajaran Islam yang tertera dalam Al-Qur'an sudah diwujudkan dalam keseharian baginda Rasulullah SAW.
Theodore Noldeke merupakan seorang tokoh intelektual Barat (orientalis) yang banyak menimbulkan kontroversi dalam dunia pengetahuan terkhusus pada bidang filsafat dan tafsir baik itu di Timur maupun di Barat sendiri. Orientalis adalah tokoh intelektual Barat yang banyak bergerak dalam kajian-kajian keislaman dengan berbagai bidang yang menjadi pembahasannya. Menurut Fazlur Rahman, kesusasteraan Barat (tokoh oriental) menelaah Al-Qur'an dalam tiga tema besar, yaitu yang pertama: karangan -karangan yang berupaya mencari pengaruh Yahudi-Kristen terhadap Al-Qur'an.Â
Kedua: karya-karya yang mengulik historis ayat-ayat Al-Qur'an. Ketiga: karya-karya yang memaparkan keseluruhan atau tema-tema tertentu dari Al-Qur'an. Meskipun pembahasan orientalis berpusat pada tiga kajian diatas, namun yang sering menjadi pusat pembahasan serta menjadi perbincangan hangat dalam dialektika ilmuan Islam dan Barat hanyalah pada permasalahan yang pertama dan yang kedua.
Theodore Noldeke adalah seorang tokoh oriental yang lahir pada 2 Maret 1837 di kota Harburg. Menempuh pendidikan awal di kota Lingen pada tahun 1849-1853 dibawah pengawasan ayahnya yang berprofesi sebagai kepala sekolah yang beralih menjadi seorang pengawas sekolah, Noldeke mempersiapkan dirinya untuk menuju pendidikan yang lebih tinggi. Pada tahun 1956 dirinya berhasil meraih gelar sarjana dari Universitas Gottingen dengan judul skripsi "Tarikh Al-Qur'an" yang mana bidang inilah yang kelak digelutinya dengan serius.Â
Dengan melewati begitu banyak pendidikan, sampai pada akhirnya pada tahun 1864-1872 Noldeke ditunjuk sebagai guru besar bahasa Semir di Universitas Kiel, tahun 1872 juga ditunjuk sebagai guru besar di Universitas Strassburd sampai tahun 1920. Noldeke juga seorang yang diberi julukan "the father of oriental" dikarenakan metode histori kritik yang ditawarkannya. Ketika musim bunga pada tahun 1920, Noldeke pindah ke kota Karlsruhe yakni kawasan Rien atas, dan dirinya tinggal di rumah salah seorang dari sepuluh anaknya. Pada 25 Desember 1930 Noldeke menghembuskan nafas terakhirnya di Karlsruhe, Jerman ketika berusia 94 tahun.
Keterkaitan antara Theodore Noldeke dan Islam tidak begitu spesial, hanya saja terdapat beberapa pandangan dan teori yang ditawarkannya menjadi perbincangan yang sangat getol dibicarakan dan didiskusikan sehingga menjadi sebuah khazanah keilmuan baru dalam Islam, terutama pembahasannya terhadap Al-Qur'an dan Nabi Muhammad SAW. Â
Tidak jauh berbeda dengan oriental sebelumnya seperti Abraham Geigerdan kawan-kawan, Noldeke juga berangkat dengan teori histori kritiknya beranggapan bahwasanya Al-Qur'an adalah sebua kitab karangan manusia yang bernama Muhammad (Nabi dan Rasul terakhir umat Muslim) dikarenakan adanya beberapa kosa-kata dalam Al-Qur'an yang terlihat sama dan meniru dari ajaran-ajaran Yahudi-Nasrani.Â
Dirinya beranggapan bahwa sebagian besar sejarah para nabi yang tertuang dalam Al-Qur'an merupakan kisah-kisah yang berasal dari orang Yahudi, tidak sampai disitu dirinya menjelaskan bahwasannya banyak dogma keagamaan yang tertera dalam Islam merupakan hasil dari pengaruh Yahudi.
Penyelidikan yang lebih dekat atas unsur-unsur yang tampaknya bersifat Yahudi dan Kristen dalam Al-Qur'an akan mengarah pada kesimpulan bahwa unsur-unsur keagamaan yang ditawarkan Kristen dan Islam adalah yang berwarna Yahudi, misalnya kalimat pengakuan dalam Islam "La Ilaha Illa Allah) juga terpengaruh dari Yahudi yang berasal dari ayat II Samuel 22:23, Mazmur 18:32, dan juga dalam Pesyita Syiria.
Ada banyak sekali tuduhan-tuduhan seperti ini yang digemborkan oleh kaum Orientalis terhadap Islam, jauh sebelum Noldeke bahkan semasa kenabian Rasulullah SAW juga mendapat tuduhan tuduhan seperti diatas, namun bagaimana Islam menjawab itu semua baik secara ilmiah maupun dogma keagamaan?
Jika dikaji secara Ilmiah, memang benar terdapat setidaknya terdapat 14 kosa kata dalam Al-Qur'an yang berbunyi sama dengan narasi yang tertuang dalam ajaran Yahudi, namun tuduhan-tuduhan semacam diatas terasa sangat lemah apabila orang-orang seperti Abraham Gieger dan Theodore Noldeke mengatakan hanya dengan 14 kosakata tersebut Al-Qur'an menjadi kitab yang menirukan ajaran Yahudi-Nasrani secara keseluruhan. Jika dikatakan menirukan secara keseluruhan baik itu dari segi kosa kata dan dogma hukum.
Seharusnya mereka juga akan menemukan bahwasanya dogma-dogma hukum yang diajarkan Islam menggunakan kosa kata tersebut sangatlah jauh berbeda dengan apa yang mereka tuduhkan. Semisalnya saja kata Roh Kudus (ruhil qudus) dalam dua kepercayaan tersebut sangatlah jauh berbeda maknanya. Jika dalam kepercayaan Yahudi roh kudus diartikan sebagai roh Tuhan, atau dalam kepercayaan Kristen diakui sebagai roh Yesus yang notabennya juga sebagai Tuhan, namun dalam Islam Roh Kudus diyakini sebagai penamaan lain dari malaikat Jibril yang bertugas sebagai penyampai wahyu dari setiap ayat-ayat Al-Qur'an.
Terlihat sangat jauh berbeda antara ajaran-ajaran yang dituangkan dalam agama agama tersebut, lalu bagaimana bisa dikatakan bahwasanya suatu agama menirukan secara keseluruhan suatu agama tertentu. Sebagai sesama agama ibrahimiyah mungkin terdapat ajaran ajaran yang terasa sama, karena pada dasarnya agama tersebut diturunkan oleh Tuhan yang sama yaitu Allah SWT, walaupun pada akhirnya hanya Al-Qur'an dan Islam yang bertahan dengan keotentikan teks dan ajarannya sampai hari akhir kelak, sedangkan dua ajaran lainnya (Yahudi-Nasrani) sudah banyak terkontaminasi oleh manusia-manusia yang keji sehingga keotentikan ajaran tersebut sangat sulit untuk dibuktikan , bukan berarti tidak ada!!
Dalam Islam hal-hal seperti ini sebenarnya sudah lama terbantahkan, bahkan Al-Qur'an sendiri yang menantang orang-orang yang meragukan keotentikan dari Kitab Suci umat Muslim ini. Dalam Al-Qur'an sudah ditawarkan untuk orang-orang yang masih meragukannya agar mereka mencoba keberuntungan dengan berusaha membuat surat tandingan yang ada dalam Al-Qur'an dengan memanggil seluruh orang-orang yang mereka yakini sebagai orang hebat, berpendidikan, memiliki kekayaan bahasa yang mumpuni, dan lain sebagainya. Karena pada dasarnya mukjizat tertinggi Al-Qur'an adaah dari segi bahasanya yang kaya akan perbendaharaan kosakata, makna, keindahan susunan, keindahan bunyi, keistimewaan lantunan bacaannya, dan lain sebagainya.
Wallahu a'lam bishawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H