Sementara kota adalah “komunitas yang lebih besar”, dimana mereka melayani tidak hanya warga yang ada di dalamnya, namun juga warga yang ada di sekitarnya. “Komunitas besar” ini seringkali terbentuk karena adanya “daerah transaksional” yang berkembang semakin ramai semacam pasar, tempat ibadah, atau tempat wisata.
“Daerah transaksional” ini menjanjikan sebuah harapan baru. Mereka bisa melakukan transaksi ekonomis maupun transaksi ideologis. Tukar-menukar ide. Tukar-menukar gaya hidup. Semua hasil transaksi itu kemudian terbawa ke daerah asalnya, sehingga semakin banyak warga “komunitas kecil” yang terpengaruhi.
Anda Lebih Bahagia, Jika..
Harapan-harapan baru, ide-ide baru, dan gaya hidup baru itu memberikan dua dampak sekaligus. Keberuntungan, juga kebuntungan. Beruntung, bagi mereka yang mampu beradaptasi. Buntung, bagi mereka yang sebaliknya.
Kemampuan adaptasi itulah yang mampu mendekatkan antara harapan dan kenyataan. Pilihan warga “komunitas kecil” itu hanya ada dua: (1) Bersikap legowo untuk menurunkan harapan, atau; (2) Bersikap pantang menyerah untuk mendongkrak kenyataan. Kedua pilihan ini punya goal yang sama, yaitu mendekatkan jarak antara harapan dan kenyataan.
Gap yang terlalu tinggi, akan memicu depresi dan masalah mental-emosional lainnya. Orang akan merasa tertekan dengan keadaannya sendiri, mengapa tidak mencapai seperti apa yang dicita-citakan (hopeless). Atau, mereka akan merasa lelah dengan kompetisi, karena apapun yang dia kerjakan tidak pernah memuaskan dirinya (emptiness).
Lalu, mengapa tidak ada perbedaan bermakna antara angka depresi di pusat kota dan di tengah desa? Karena mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Tidak disibukkan dengan angan-angan seperti mereka yang berada di daerah perbatasan. Orang di pusat kota berfokus dengan pekerjaannya, sementara yang di tengah desa berfokus pada kebersahajaannya.
Inilah bahayanya berada di daerah perbatasan antara desa dan kota: Anda terlalu jauh dengan kedamaian di tengah desa, juga terlalu jauh dengan impian di pusat kota.
Maka, pesan ini tidak hanya untuk para warga desa, namun juga semua pembaca budiman yang ingin membuat hidupnya lebih bahagia, bebas dari depresi:
Janganlah terjebak pada angan-angan. Sadarilah dimana Anda berada sekarang, dan fokuslah pada apa yang sedang Anda kerjakan sekarang.
Kejarlah impian, buang saja angan-angan! (*)