Mohon tunggu...
Algracia VanessaHalim
Algracia VanessaHalim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Program Penanggulangan Stunting di Era Digitalisasi

25 Oktober 2022   20:26 Diperbarui: 25 Oktober 2022   20:36 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stunting merupakan permasalahan yang dihadapi di Indonesia, di mana masalah ini memiliki efek jangka pendek seperti sakit dan terhambatnya perkembangan anak, juga efek jangka panjang seperti postur tubuh yang tidak optimal dan minimnya produktivitas. Secara umum, adapun beberapa faktor yang menyebabkan stunting, seperti praktek pengasuhan yang kurang baik yang mencakup kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan dan gizi mulai dari masa sebelum kehamilan hingga setelah sang ibu melahirkan, layanan kesehatan yang masih terbatas (seperti layanan ANCAnte Natal Care yang merupakan pelayanan kesehatan ibu selama masa kehamilan, Post Natal Care, juga pembelajaran dini yang berkualitas), sulitnya keluarga untuk mengakses makanan bergizi, serta kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. 

Dengan melihat berbagai faktor tersebut, dapat diketahui juga bahwa kondisi sosial dan ekonomi berpengaruh terhadap masalah stunting. Kondisi tersebut berhubungan dengan kemampuan untuk mendapatkan asupan yang bergizi serta pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan balita. Sehingga diperlukan upaya dari berbagai bidang untuk dapat menanggulangi stunting.

Dalam Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting yang dicetus oleh pemerintah, terdapat dua intervensi prioritas, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif. Intervensi Gizi Spesifik merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan intervensi ini berkontribusi sebesar 30% pada penurunan stunting dalam intervensi sektor kesehatan. Intervensi Gizi Spesifik ini cenderung bersifat jangka pendek dengan hasil yang didapatkan juga dalam waktu relatif pendek. 

Jenis intervensi dalam Intervensi Gizi Spesifik ini berupa peningkatan penyediaan air minum dan sanitasi, peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan, dan lainnya. 

Di sisi lain, Intervensi Gizi Sensitif merupakan intervensi stunting terhadap masyarakat secara umum dan bukan hanya dikhususkan pada ibu hamil dan balita di 1000 Hari Pertama Kehidupan/HPK. Kerangka intervensi ini dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dan intervensi ini berkontribusi pada 70% upaya pencegahan stunting dengan kegiatan-kegiatan bersifat makro, dan dilakukan secara lintas Kementerian maupun Lembaga. 

Adapun 12 kegiatan yang dilaksanakan dalam Intervensi Gizi Spesifik ini yaitu, menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih, menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi, melakukan fortifikasi bahan pangan, menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB), menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal),  memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua, memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal, memberikan pendidikan gizi masyarakat, memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja, menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin, serta meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.

 Walaupun terdapat berbagai upaya intervensi dalam pencegahan stunting di Indonesia, ada beberapa kendala dalam penyelenggaraan percepatan pencegahan stunting. Kendala tersebut terdiri dari, belum efektifnya program-program pencegahan stunting; belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan sensitif di semua tingkatan terkait dengan perencanaan, penganggaran, penyelenggaraan, pemantauan dan evaluasi; belum efektif dan efisiennya pengalokasian dan pemanfaatan sumber daya dan sumber dana; keterbatasan kapasitas dan kualitas penyelenggaraan program; serta masih minimnya advokasi, kampanye, dan diseminasi terkait stunting, dan berbagai upaya pencegahannya.

Analisis Program Penanggulangan Stunting dalam Paradigma Pembangunan Manusia

United Nation Development Programme (UNDP) menjelaskan bahwa pembangunan manusia merupakan proses perluasan pilihan yang lebih banyak kepada penduduk, melalui upaya pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar manusia agar berpartisipasi dalam segala bidang pembangunan. 

Dalam pembangunan, manusia dilihat sebagai subjek pembangunan, yang mana pembangunan dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan manusia atau masyarakat. Namun, perlu diketahui juga bahwa pembangunan manusia bukan hanya sekadar pertumbuhan ekonomi (economic growth), peningkatan pendapatan, dan produksi komoditas serta akumulasi modal. Pembangunan manusia dapat dipandang sebagai pembangunan kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan, keterampilan atau kemampuan, serta pemanfaatannya.

Terdapat empat komponen penting dalam paradigma human development. Empat komponen tersebut terdiri dari: 

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
    Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun