Mohon tunggu...
Sary Hadimuda
Sary Hadimuda Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang hamba Allah yang sedang memantaskan diri menjadi pengajar

Sedang belajar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Belajar dari Perjalanan Mengelilingi Raja Ampat

29 Desember 2018   12:50 Diperbarui: 29 Desember 2018   12:58 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pelabuhan Rakyat dari dalam kapal | Dokumentasi pribadi

Tidak ada ikan. Tapi rasanya . . . . Terima Kasih Irma sudah ambil gambar ini| Dokumentasi pribadi
Tidak ada ikan. Tapi rasanya . . . . Terima Kasih Irma sudah ambil gambar ini| Dokumentasi pribadi
Berhubung ombak semakin besar, dan kapal  tidak memungkinkan lagi untuk bersandar di pasir Timbul, maka kaka Paul meminta kami untuk pulang. Saya langsung patah hati sebab belum puas untuk nyemplung. Begitu naik di kapal, hati kembali sejuk karena kaka Paul memgatakan kami akan ke suatu pulau untuk berenang lebih puas. Mantap Gaez

Prinem. Itu jawaban salah satu anak buah kapal setelah saya tanya pulau apa ini ketika  turun. Saya tidak mengambil gambar di sini. Yang saya ingin lakukan adalah belajar menikmati indahnya bawah laut. Sama halnya tempat-tempat yang lain di Raja Ampat, airnya jernih. Rifa anak bu Aisyah sampai mengatakan "seperti ada kota di bawah laut" ketika ia mengangkat kepala setelah bersnorkling ria.

Tepat pukul 4 sore kami meninggalkan pulau Prinem. Terlalu cepat sebenarnya. Tapi ini demi menghindari ombak yang semakin meninggi menjelang petang. Setiba di dermaga saya bertemu teman lama saat kuliah. Marthen Bertobui. Setau saya dari akun sosial medianya, ia baru pulang dari Amerika dan Korea Selatan. Sekarang ia bekerja di Asosiasi Turis di Raja Ampat. Kantornya persis di depan dermaga. 

Jadi setiap turis Internasional yang mau mengelilingi Raja Ampat harus melaporkan identitas dan sebagainya di kantor Marthen. Terjawab sudah kenapa ia bisa sampai bisa jalan-jalan ke luar negeri setelah kami bercakap-cakap. Ia masih saja rendah hati meski sudah memiliki pekerjaan yang "wah" menurut saya.

Dari marten saya belajar. Bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kalau dulu saat kuliah ia bisa dibilang mahasiswa biasa saja, kini ia membuktikan kalau ia juga memiliki potensi dn kemampuan yang luar biasa. Kalau dulu ia masih terbata-bata berbahasa Inggris. Kini ia sudah lebih lancar dibanding saya. So. Keep fighting till the end.

Foto bersama Marthen| Dokumentasi pribadi
Foto bersama Marthen| Dokumentasi pribadi
Setiap perjalanan ada saja pelajaran yang bisa diambil. Walaupun awalnya hanya ingin sekedar melepas penat setelah lama bekerja. Setiba di Sorong hari minggu siang saya baru tahu kalau sabtu malam itu terjadi tsunami di selat sunda. 

Untuk kesekian kalinya, bersyukur banyak-banyak bahwa selama di Raja Ampat tidak terjadi apa-apa. Semoga korban tsunami diberi kekuatan dan kesabaran.

Salam hangat dari Kota Sorong Papua Barat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun