Mohon tunggu...
Sary Hadimuda
Sary Hadimuda Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang hamba Allah yang sedang memantaskan diri menjadi pengajar

Sedang belajar membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Belajar dari Perjalanan Mengelilingi Raja Ampat

29 Desember 2018   12:50 Diperbarui: 29 Desember 2018   12:58 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama Pak Hasan. Di belakang adalah tempat kami menginap| Dokumentasi pribadi

Pukul 7.30 kami keluar dari penginapan hanya dengan satu truk. 3 teman kami harus kembali ke Sorong karena memiliki balita dan ada yang rewel ditinggal. Truk menuju dermaga. Di sana, 2 kapal mendekati kami. Seorang laki-laki agak gemuk dan berkulit gelap keluar menyapa kami. (Saya baru tau kalau ia bernama kaka Paul setelah seminggu di Sorong). Ia memberi salam dan juga beberapa instruksi. Tak lupa beliau mengingatkan untuk berdoa terlebih dulu. Salut nih  kaka.

Kaka Paul berkaos putih| Dokumentasi pribadi
Kaka Paul berkaos putih| Dokumentasi pribadi
Perjalanan menuju Pianemo 2 jam. Seharusnya kurang dari itu. Namun salah satu mesin kapal yang saya naiki rusak. Tiba-tiba mati di tengah laut. Syukurlah dapat ditangani. Kaka Paul pindah dari kapal yang satunya ke kapal kami. Nampaknya kaka Paul  sudah jadi pelaut sejati.

Begitu masuk di perairan Pianemo saya auto terkesima dengan air yang hijau. Berasa de javu. Kerinduan akan Halmahera Utara kembali muncul ke permukaan. Saya pernah pergi tanjung Bongo di Galela. Mirip sedikit. Kenapa sedikit? Ini jauh lebih indah. Hehe.

Perairan sekitan Pianemo| Dokumentasi pribadi
Perairan sekitan Pianemo| Dokumentasi pribadi
Di Pianemo kami harus menaiki kurang lebih 100 anak tangga untuk mendapatkan view seperti yang sering di tampilkan pengunjung d akun-akun sosmed. Berhubung ini musim liburan, tentu saja banyak sekali turis lokal maupun internasional. Kami harus antri untuk mendapatkan angel yang bagus. 2 guide  pun naik pitam karena rombongan kami terlalu lama "mengusai" tempat. Selow paaaaak.

Giliran kami tiba| Dokumentasi pribadi
Giliran kami tiba| Dokumentasi pribadi
Lukisan tangan Tuhan yang Maha Kuasa di belakang| Dokumentasi pribadi
Lukisan tangan Tuhan yang Maha Kuasa di belakang| Dokumentasi pribadi
Banyak pengunjung. Belum lagi yang di sebelah kanan. Tidak lupa yang masih di anak tangga| Dokumentasi pribadi
Banyak pengunjung. Belum lagi yang di sebelah kanan. Tidak lupa yang masih di anak tangga| Dokumentasi pribadi
Di atas, seorang anak kecil berumur sekitar 10 tahun dari Jakarta (saya mendengar percakapan mereka) muntah-muntah. Mungkin mabuk laut atau masuk angin. Lagi-lagi saya bersyukur. Sebelum berangkat ke Waisai saya sudah menyiapkan beberapa bungkus Bintang Toedjo BEJO  dan susu beruang (bukan promosi ya). Iyap. Sedia payung sebelum hujan. Untuk perjalanan jauh harus tetap jaga kondisi tubuh. Terlebih tujuan arah-arah laut.

Rombongan kami selanjutnya menuju pulau Arborek. Di sini kami istirahat untuk makan siang. Pasirnya putih dan lautnya sangat biru. Kalau mau snorkling saya rasa ini tempat yang pas. Masyarakat setempat juga menyewakan alat snorkling. Lengkap dengan kaki bebek. Saya sempat berjalan-jalan ke rumah penduduk untuk mencari air mineral. Untuk air Aqua 1500ml harganya Rp. 12.000. Lebih mahal 2.000 dibanding di Sorong. Sangat dimaklumi.

Titik sebelah kanan adalah tempat di mana saya berdiri | Dokumentasi pribadi
Titik sebelah kanan adalah tempat di mana saya berdiri | Dokumentasi pribadi
Ika di gapura masuk Arborek. m gonna miss you.| Dokumentasi pribadi
Ika di gapura masuk Arborek. m gonna miss you.| Dokumentasi pribadi
Namanya Ica. Salah satu anak yang saya temui di Arborek. Katanya dia sudah jago berenang loh manteman| Dokumentasi pribadi
Namanya Ica. Salah satu anak yang saya temui di Arborek. Katanya dia sudah jago berenang loh manteman| Dokumentasi pribadi
Begini lautnya Arborek| Dokumentasi pribadi
Begini lautnya Arborek| Dokumentasi pribadi
Setelah makan, kami langsung meluncur ke pasir Timbul untuk melaksanakan sholat. Disebut pasir timbul karena saat air surut, gundukan pasir terlihat di atas permukaan air. Sebaliknya, jika air pasang tempat ini rata dengan air. 

Menurut saya kemungkinan tempat ini dulunya pulau yang mengalami abrasi. Spekulasi lain karena bertemunya 2 arus yang berlawanan arah sehingga membentuk gundukan pasir. Airnya pun sangat bening.  

Saya sempat meminjam alat snorkler di kapal. Begitu kepala nyemplung ke dalam air. Entah dengan bahasa apa saya mengungkapkan  keindahan di bawah sini. Sepanjang mata memandang hanya dasar laut yang putih bersih. Airnya bening.

2 Ombak yang berlawanan arah bertemu| Dokumentasi pribadi
2 Ombak yang berlawanan arah bertemu| Dokumentasi pribadi
Sholat berjama'ah di pasir Timbul| Dokumentasi pribadi
Sholat berjama'ah di pasir Timbul| Dokumentasi pribadi
Saya teringat pesan dan atau ide Menteri Susi di twitter. Dalam video singkat itu beliau memngingatkan untuk menjaga laut.  Beliau juga akan membagikan kacamata goggle kepada ribuan anak di pesisir. Alasannya supaya anak-anak bisa melihat indahnya terumbu karang dan ikan yang beragam spesies. 

Kini saya mengerti kenapa bu Susi punya ide demikan. Saya yang notabene baru pertama kali menggunakan alat snorkling auto terkagum-kagum dengan indahnya bawah laut. Padahal ini hanya pasir putih dan air jernih. *tepok jidat. Bagaimana kalau lihat terumbu karang yang..... Oh.. Saya tidak dapat membayangkannya lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun