Mohon tunggu...
alfysraa
alfysraa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa jurusan Pendidikan Sosiologi. FKIP. UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA. Serang, Banten

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Media Video Animasi terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Wanita

17 Desember 2023   16:14 Diperbarui: 17 Desember 2023   16:14 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masa remaja merupakan fase transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang melibatkan transformasi pada berbagai aspek seperti biologis, psikologis, dan sosial budaya. Menurut World Health Organization (WHO), rentang usia remaja adalah antara 10 hingga 19 tahun. Pemahaman mengenai kesehatan reproduksi menjadi faktor penting yang memengaruhi perilaku seksual remaja. Hal ini menjadi signifikan ketika kita melihat peningkatan perilaku seksual remaja di berbagai provinsi tanpa didukung oleh pemahaman tentang kesehatan reproduksi. Permasalahan ini menyebabkan dampak serius seperti kehamilan tidak diinginkan, pernikahan usia muda, dan peningkatan angka aborsi. (Nasution, 2012).  Pengetahuan remaja di Jawa Barat mengenai kesehatan reproduksi masih mengalami ketidakcukupan. Ini tercermin dari rendahnya tingkat pendewasaan usia perkawinan (PUP), dengan tingkat kejadian remaja yang telah melahirkan mencapai 12% dari jumlah 6,2 juta pasangan usia subur (PUS).

Sebanyak 40% dari remaja pernah terlibat dalam hubungan seksual, dan 43% dari PUS di Jawa Barat mengalami kehamilan pada anak pertama yang lahir kurang dari 9 bulan setelah tanggal pernikahan (Amalia, 2010). Pada tahun 2012, sekitar 14,6% pria pada rentang usia 20-24 tahun telah terlibat dalam hubungan seksual sebelum menikah, sementara perempuan menunjukkan persentase sebesar 1,8% untuk situasi yang serupa. Selama periode antara April hingga Juni tahun 2011, laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat setidaknya 2.001 kasus AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) di 59 kabupaten/kota yang terdistribusi dalam 19 provinsi. (Kemenkes, 2015)

Dari data yang dipaparkan diatas pendidikan seks seharusnya diberikan sejak dini, baik dalam lingkup keluarga maupun di lingkungan sekolah, dengan disesuaikan pada tahapan perkembangan usia. Pendidikan seks ini bertujuan untuk menghindari kehamilan pranikah pada remaja, mengurangi kasus aborsi, serta mengatasi berbagai isu kesehatan yang dapat muncul pada perempuan dan bayi mereka. Tujuan utama dari upaya ini adalah untuk memastikan bahwa remaja dapat mengalami pertumbuhan yang sehat dan berpartisipasi secara positif dalam pembangunan bangsa.

Selain itu, mereka juga diharapkan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai hak-hak mereka, termasuk akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif dan inklusif. Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan khusus mengenai kesehatan reproduksi, terutama dampak kehamilan pada remaja, yang belum diberikan secara khusus dalam kurikulum pendidikan di sekolah maupun masyarakat.

RUMUSAN MASALAH 

  • Apakah media video animasi dapat meningkatkan kesadaran remaja terkait kesehatan reproduksi?

PEMBAHASAN

Media pendidikan, khususnya dalam konteks ini, adalah video, dianggap sebagai saluran yang paling dapat diterima oleh kalangan remaja. Dalam hal ini video animasi sebagai video pendidikan mengenai aspek kesehatan reproduksi sering kali memasukkan elemen animasi dan melibatkan figur otoritatif di bidang kesehatan yang secara emosional dan fisik mirip dengan remaja. Tujuan dari pendekatan ini adalah agar remaja merasa terhubung dengan materi video dan terlibat secara aktif selama proses menonton, dengan tujuan menghindari kebosanan. Pemanfaatan animasi video juga memiliki peran penting sehingga remaja dapat mengamati dengan representasi visual yang tidak menimbulkan ketakutan dan tidak se-nyata video yang merekam situasi nyata. Pemberian informasi yang relevan kepada remaja dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menyerap informasi. 

Proses penyerapan informasi ini dapat dijelaskan sebagai suatu kondisi instrumental, di mana pembelajaran terjadi melalui penggunaan instrumen atau stimulus yang memiliki keterkaitan dengan karakteristik remaja. Diharapkan bahwa pendekatan ini akan menghasilkan dampak positif pada pemahaman dan penerimaan informasi oleh remaja.  Temuan analisis yang dilaporkan oleh Popy Theolisita pada tahun 2021 menyiratkan bahwa media video menunjukkan efektivitas yang lebih besar dalam mengubah sikap dibandingkan dengan media leaflet. Pada penelitiannya mengenai materi pornografi, hal tersebut  dapat lebih efisien diserap melalui media video karena menyajikan aspek audio dan visual yang menarik, memungkinkan praktik-praktik paparan terhadap pornografi lebih terperinci terlihat dengan menampilkan setiap gerakan dan efek yang dapat timbul dari paparan terhadap bahaya pornografi. 

Sebaliknya, media leaflet cenderung memberikan informasi yang kurang mendalam karena hanya mengandalkan gambar dan teks tanpa melibatkan unsur audio-visual yang dapat meningkatkan pemahaman. Keunggulan utama dari media video terletak pada gerakan visual, pesan yang disertai efek khusus, yang dapat memperkuat proses pembelajaran dari informasi yang disampaikan, sehingga menjadi lebih mudah dipahami dan diingat oleh remaja. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip teori pemberian informasi dan pendidikan yang menyatakan bahwa penyampaian informasi dapat meningkatkan pengetahuan atau kesadaran seseorang (Fitria, 2014).

            Temuan dari penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Bali pada tahun 2016, di mana diketahui bahwa pengetahuan remaja SMA mengenai kehamilan tergolong dalam kategori cukup sebanyak 52% dan tingkat pengetahuan yang kurang sebesar 3,9%. Temuan ini menunjukkan perlunya penyampaian informasi, seperti melalui promosi kesehatan masyarakat khususnya kepada kelompok remaja yang aktif, yang tetap diperlukan sebagai langkah pencegahan primer terhadap masalah kesehatan reproduksi (Umairah, 2016) tidak lupa hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Palembang pada tahun 2014, di mana diketahui bahwa pengetahuan remaja SMK mengenai dampak kehamilan usia dini juga terkategori cukup sebanyak 53,8%, dengan tingkat pengetahuan yang kurang sebesar 9,4% (Asmarani, 2014).

KESIMPULAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun