Berbulan-bulan saya melewati hari-hari bersama bocah kecil, saya sangat menikmati setiap perkembangan yang dia lalui. Sesekali Tuhan memberikan ujian melalui perjalanan kami. Misalnya sakit, tidak mau makan dan beberapa hal lainnya yang sering kali menjadi bahan introspeksi saya dan suami.Â
Biasanya kalau saya sedang merasa diuji oleh Tuhan lewat masalah-masalah kecil yang kami alami dalam menemani tumbuh kembang Aam; anak kami.Â
Suami saya selalu berkata "perbanyak istighfar, agar dosa-dosa kita diampuni, mungkin saja kita pernah lalai dan ini cara Tuhan menegur kita". Jika kita masih ditegur artinya Tuhan sayang. Mengarahkan pikiran ke hal yang positif, tentu saja perlu untuk ibu yang harus selalu menjaga pikiran agar tetap waras di tengah kesulitan, apalagi saya yang tinggal jauh dari suami.
Di usia 0 bulan hingga usia Aam sekarang, saya selalu berusaha memberikan berbagai stimulasi di tengah kesibukan saya sebagai seorang ibu bekerja, mungkin sebagian orang berpikir untuk apa stimulasi bagi anak yang belum bisa apa-apa.Â
Tapi, saya meyakini bahwa apa yang saya lakukan saat ini suatu saat akan membuahkan hasil. Begitulah pesan dari beberapa buku parenting yang saya baca dan seminar-seminar parenting yang saya pernah ikuti. Bahwa upaya yang dilakukan orangtua dalam mendidik anak bisa saja tidak langsung terlihat, yang dibutuhkan adalah niat dan kesabaran.Â
Semakin dini seorang anak diberikan berbagai pengalaman positif maka semakin berkembang pula sel-sel pada otaknya. Otak anak usia 0-6 tahun ibarat spons (absorbent mind) yang menyerap segala hal yang ada di sekelilingnya, jika di sekelilingnya adalah air yang kotor maka spons itu pun akan ikut kotor, sebaliknya jika air yang ada di sekelilingnya adalah air yang bersih maka spons akan bersih.Â
Di usia kurang dari 6 bulan, sekitar 4 atau 5 bulan. Saya sudah mulai mengenalkan Aam buku. Bahkan saat dia dalam kandungan, saya mulai membacakannya buku atau sekedar bercerita.Â
Sebagian orang yang melihat saya melakukan itu mungkin berpikir, "untuk apa anak usia Aam diberikan buku? Memangnya dia tahu membaca?" Tapi, bagi saya itu adalah upaya saya agar dia bisa mengenal buku, memfasilitasi keingintahuannya dan terhindar dari speech delay.
Lagi pula buku yang saya berikan pada Aam tidak dia baca sendiri tapi dibacakan oleh saya, setidaknya hal itu juga bisa menambah kelekekatan (bonding) saya dengannya.Â
Menjelang usia 17 bulan saya mulai mengenalkan Aam dengan flash card, diawali dengan flash card yang beiris gambar dan nama-nama benda-benda di sekitarnya. Kenapa? Karena saya mencoba mengajarkan terlebih dahulu apa yang ada di sekelilingnya.
Dalam perkembangan berbahasa anak, ada yang dikenal dengan istilah ledakan berbahasa yang katanya terjadi pada anak di usia 2 tahun. Dulu saya selalu bertanya-tanya, apa itu ledakan berbahasa? Bagaimana bentuknya? Dan apa yang terjadi?Â