Mohon tunggu...
Alfrizhaasz
Alfrizhaasz Mohon Tunggu... Lainnya - Community Development

Seorang community development yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat yang menyukai dunia literasi dan pengembangan karya kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengungkap Eksistensi Perempuan dalam Perspektif Simone de Beauvoir terhadap Novel The Dictionary of Lost Words by Pip Williams

10 Januari 2025   13:45 Diperbarui: 10 Januari 2025   15:33 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Novel The Dictionary of Lost Words by Pip Williams (summer: Goodreads)

Banyak pertanyaan dikepala ketika membaca judul novel karya Pip Williams ini, The Dictionary of Lost Words. Karya fiksi yang sangat ditakutkan jikalau memang benar bahwa banyak kata-kata yang dihilangkan pada kamus hanya karena kata-kata tersebut berhubungan erat dengan perempuan. 

Novel ini berlatar pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, mengikuti kehidupan Esme Nicoll, seorang gadis yang tumbuh di bawah meja Scriptorium, tempat penyusunan Oxford English Dictionary. Esme menyadari bahwa banyak kata yang berasal dari perempuan dan kelompok marjinal tidak dimasukkan ke dalam kamus. Berbekal rasa ingin tahu dan keberanian, ia mulai mengumpulkan kata-kata tersebut untuk melestarikan pengalaman mereka yang diabaikan oleh sistem patriarkal. Novel ini tidak hanya menyoroti sejarah bahasa, tetapi juga perjuangan perempuan untuk mendapatkan pengakuan di dunia yang didominasi oleh laki-laki.

Simone de Beauvoir dalam bukunya The Second Sex mengungkapkan bahwa perempuan sering kali didefinisikan sebagai "yang lain" (the Other) dalam masyarakat patriarkal. Perempuan diposisikan sebagai pelengkap laki-laki, tanpa eksistensi otonom. Melalui lensa teori ini, The Dictionary of Lost Words dapat dianalisis sebagai karya yang menggambarkan perjuangan perempuan untuk melampaui batasan ini dan mendefinisikan diri mereka sendiri.

1. Perempuan sebagai Subjek, Bukan Objek

De Beauvoir menegaskan bahwa perempuan harus menjadi subjek yang aktif dalam menentukan keberadaannya, bukan sekadar objek dari definisi laki-laki. Dalam novel, Esme menunjukkan perjuangan untuk mendefinisikan pengalaman perempuan melalui kata-kata. Ia menolak posisi pasif dengan mengumpulkan kata-kata yang diabaikan oleh tim penyusun kamus, yang mayoritas laki-laki.

"Words define us, they explain us, and, on occasion, they can lift us out of where we are and carry us somewhere else entirely."

Kutipan ini mencerminkan upaya Esme untuk menjadikan perempuan sebagai subjek yang memiliki suara dan makna dalam sejarah linguistik.

2. Penolakan Peran Tradisional Perempuan

De Beauvoir menyatakan bahwa perempuan sering kali terjebak dalam peran tradisional yang ditentukan oleh norma sosial patriarkal. Esme, melalui pekerjaannya, menolak peran tradisional perempuan yang terbatas pada rumah tangga atau tugas domestik. Ia memilih jalur intelektual dan melibatkan dirinya dalam kerja intelektual yang biasanya dikuasai laki-laki.

"Convention has never done any woman any good."

Esme menyadari bahwa mengikuti konvensi hanya akan memperkuat ketidaksetaraan, sehingga ia mengambil langkah untuk melampaui batasan tersebut.

3. Bahasa sebagai Alat Penindasan dan Perlawanan

De Beauvoir melihat budaya dan bahasa sebagai alat yang sering digunakan untuk menindas perempuan. Dalam novel ini, Esme memahami bagaimana bahasa mendefinisikan perempuan secara bias dan eksklusif. Ia mengumpulkan kata-kata seperti "bondmaid" (hamba perempuan) yang dianggap tidak penting oleh laki-laki, tetapi memiliki makna mendalam bagi perempuan.

"If we don't record the words of women, the poor, and the forgotten, who will? And what kind of dictionary will it be if it doesn't serve them too?"

Melalui kutipan ini, Esme mengungkapkan pentingnya mendokumentasikan pengalaman perempuan agar tidak terlupakan.

4. Perempuan sebagai Agen Perubahan Sosial

De Beauvoir mendorong perempuan untuk mengambil peran aktif dalam perubahan sosial. Esme, dengan mengumpulkan kata-kata perempuan dan menantang norma patriarkal, menjadi agen perubahan. Ia tidak hanya melestarikan sejarah linguistik perempuan tetapi juga membuka jalan untuk inklusivitas dalam budaya dan bahasa.

"There is no power greater than being heard, and I want women to have that power."

Esme memahami kekuatan yang lahir dari didengar, sehingga ia memperjuangkan agar suara perempuan tidak lagi diabaikan.

Karya sastra Pip Williams ini ditulis dengan sangat puitis dan reflektif, Pip Williams menghadirkan kisah yang menginspirasi dengan bahasa yang indah dan penuh makna. Tokoh Esme menjadi simbol pemberdayaan perempuan dalam dunia yang penuh ketidakadilan. Novel ini tetap relevan dengan perjuangan perempuan untuk kesetaraan di era kontemporer.

Namun, alur pada novel tersebut sangat lambat di awal. Beberapa pembaca seperti saya mungkin merasa bagian awal cerita terlalu lambat karena fokus pada pengenalan latar. Adapun beberapa karakter pendukung, seperti Tilda yang kurang mendapatkan porsi cerita yang cukup untuk memperdalam makna perjuangannya.

Berdasarkan teori feminisme Simone de Beauvoir, The Dictionary of Lost Words adalah novel yang menggambarkan perjuangan perempuan untuk mendefinisikan diri mereka di dunia yang patriarkal. Esme Nicoll menjadi simbol perempuan yang menolak subordinasi dan mengambil peran aktif dalam membentuk sejarah linguistik. Novel ini adalah seruan bagi perempuan untuk melampaui batasan sosial, menjadi subjek yang berdaya, dan berkontribusi pada transformasi sosial.

Novel ini sangat direkomendasikan untuk pembaca yang tertarik pada isu feminisme, bahasa, dan sejarah. Melalui cerita yang mendalam dan penuh makna, Pip Williams berhasil menggambarkan bagaimana perempuan dapat melawan ketidakadilan dan menciptakan perubahan yang signifikan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun