Mohon tunggu...
Alfridho Yuliananda
Alfridho Yuliananda Mohon Tunggu... mahasiswa -

That I know is that I dont know everything. But, Sceptic is me. alfridhoyuliananda.blogspot.com @alfridho12 Alfridho Yuliananda (fb)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rindu Berlandaskan Kecewa

21 Juli 2015   22:56 Diperbarui: 21 Juli 2015   23:02 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terakhir ku dengar beliau mendapatkan gelar Kepala Sekolah terbaik kedua sekabupaten. Namun, mengapa setelah itu justru beliau ‘turun gunung’? Ahh, aku mulai tak kecewa dengan politik yang terjadi.

Dari informasi yang ku dengar, ternyata ada hal yang membuatnya ‘turun gunung’. Hal yang kupikir tak logis jika hanya melihat satu sisi saja dan mengabaikan sisi yang lain. Bukan hanya beliau ternyata, namun anggota empat serangkai lain juga ikut ‘turun gunung’. Kecewaku semakin memuncak seolah memprotes kebijakan yang kuanggap aneh.

Apakah sang empunya kebijakan tak melihat siapa yang ada di belakang terakreditasi A-nya sekolah kami? Apakah sang empunya kebijakan tak melihat betapa besar Cita, Cinta, dan Harapan yang sudah mereka dedikasikan terhadap kami?

Kami memang hanya orang awam yang tak tau sistem demokrasi dan sistem organisasi apa yang diterapkan, tapi kami tahu kapasitas mereka yang kusebut empat serangkai. Dengan kesabaran, tekad, loyalitas, kesahajaan, dan banyak hal lain yang membuat kami mampu menghadapi dunia ‘liar’ saat ini. Mungkin memang tak hanya mereka, tapi juga guru yang lain, namun merekalah yang selalu ada disaat kami masih berusaha tumbuh menjadi pribadi yang berpotensi memimpin negri kami. Bagai bayi yang baru lahir, merekalah yang memberi ASI kepada kami.

Bahkan, begitu setianya mereka masih tetap bertahan di Institusi yang sama walau sudah ‘turun gunung’, dipimpin dengan empunya kebijakan yang sama pula.

“Oh ya, aku berikan saja buku tentang kepemimpinan kepada empunya kebijakan,” pikirku sambil berlari menuju rumah dan mencari buku tersebut, seolah protes dengan keadaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun