Mohon tunggu...
Alfredsius Ngese Doja Huller
Alfredsius Ngese Doja Huller Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis adalah salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang dari Seminari San Giovanni xxiii Malang

Berbagi sembari belajar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ini Alasan yang Membuat Kita Sukar Merasa Bahagia dalam Hidup

23 Februari 2022   07:55 Diperbarui: 23 Februari 2022   08:01 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini Alasan yang Membuat Kita tidak Merasa Bahagia dalam Hidup

Bahagia, frase yang selalu menjadi tujuan dari setiap peziarahan hidup manusia. semua orang merindukan bahagia, tetapi tidak semua orang dapat berlabu pada dermaga kebahagiaan tersebut. lantas bagaimana orang dapat sampai pada kebahagiaan sejati?

Dalam tulisan saya kali ini saya ingin mengatakan bahwa  ada pelbagai ragam jalan agar setiap orang dapat menemukan bahagia dalam hidupnya. Di salah satu buku yang saya baca, ada hal yang menarik menurut saya yang perlu saya pelajari dan bagikan bagi para pembaca yang budiman tentang alasan mengapa orang tidak menemukan kebahagiaan atau sukacita dalam hidupnya?

Dalam buku "Jalan Menuju Tuhan" yang ditulis oleh Anthony de Mello, SJ. Dicerita bahwa ada seorang penyair besar India bernama Kabir. Dia mempunyai sebuah puisi yang sangat indah. Dalam puisi tersebut ada satu kalimat yang amat menarik, yakni  "Saya tertawa ketika mereka mengatakan bahwa ikan di dalam air kehausan." Dalam benak kita mungkin langsung bertanya, bagaimana mungkin ikan dalam air kehausan? Apa maksud dari perkataan ini?

Dalam tulisannya tersebut, Kabir sebenarnya mau menggambarkan hidup kita sebagai manusia yang selalu dikelilingi Tuhan tetapi gelisah. Padahal sudah jelas kita sama-sama memahami bahwa Tuhan selalu ada di samping kita dan menyertai hidup kita tetapi kita tetap gelisah. Untuk membela diri kita kerap kali mengatakan bahwa sebagai manusia gelisah dan khawatir adalah hal yang manusiawi beginilah kita sering membela diri.

Cobalah kita memperhatikan apa yang ada di sekeliling kita. Segala burung, hewan ternak dan pelbagai makhluk hidup lainnya, semuanya bersukacita. Walaupun ada kelahiran, penderitaan kemudian tua dan mati, tetapi semuanya bahagia tidak ada yang gelisah, hanya manusia yang gelisah. Hanya manusia yang tidak bahagia, kehausan, hanya hati manusia yang gelisah. Maka marilah kita bersama-sama terus belajar dan berefleksi mengapa saya tidak bahagia? Mengapa manusia tidak bahagia?

 Alasan mengapa kita tidak bahagia

Pertama memiliki pandangan yang keliru tentang kebahagiaan. Orang tidak akan bahagia apabila berpikir bahwa kebahagiaan adalah perasaan senang atau berada dalam puncak sensasi yang memberikannya semangat untuk melakukan pelbagai hal. Ini hanyalah kesenangan sesaat, sesuatu yang binal. Seperti pikiran kita yang selalu berubah-ubah. Begitu pun dengan perasaan senang yang datangnya sebentar saja lalu diganti dengan perasaan-perasaan yang lain.

Lalu hal yang berikutnya orang tidak bahagia karena sadar atau tidak sadar memiliki pandangan keliru bahwa kebahagiaan dapat dikejar. Orang dapat melakukan sesuatu agar bahagia padahal kebahagiaan itu tidak dapat dicari dalam dirinya. kebahagiaan adalah hal lain yang kurang jelas.  Sepertinya ini kontradiksi dengan apa yang pernah saya tulis dalam artikel "Bahagia di masa pandemi". Di dalam artikel tersebut saya mengemukakan bahwa kebahagiaan adalah aktivitas mengejar keutamaan. Artinya kebahagiaan dapat kita gapai atau kita kejar dengan perbuatan yang berkali-kali sehingga menjadi habitus.

Kebahagiaan sejati rupanya jarang sekali dialami, sehingga ketika kita dalam kedalamannya hampir-hampir tidak menyadarinya. Sehingga ada ungkapan yang bijak mengatakan bahwa "kebahagiaan sesungguhnya hanyalah sebuah memori".

Hal yang berikutnya yaitu orang menaruh kebahagiaan pada hal-hal yang eksternal. Hal ini paling penting dan hampir semua orang terjebak oleh pemikiran yang keliru ini, termaksud saya sendiri. Saya juga pernah berpikir bahwa pasti jika saya sudah menjadi ini atau itu pasti saya bahagia.

Jika saya sudah mempunyai barang yang sangat saya sukai pasti saya akan merasa bahagia. Jika saya sudah mendapat pekerjaan pasti saya bahagia. Jika saya sudah berkeluarga pasti bahagia. Jika saya sudah mencapai yang saya harapkan pasti saya bahagia dan lain sebagainya. Padahal kebahagiaan tidak ada hubungannya dengan hal-hal di luar kita. Walaupun kita sering menaruh kebahagiaan pada hal di luar kita; uang, jabatan, kekuasaan, kehormatan dan lain-lain. Hal itu tidak menjamin kebahagiaan kita, buktinya ada orang yang hidupnya sederhana saja tetapi tetap bahagia.

Lalu apa yang harus dilakukan agar bahagia?

 "Saya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa"

Ungkapan ini mungkin tidak asing lagi bagi kita, yang disampaikan oleh seorang filsuf besar yakni Socrates. Orang yang mengetahui dirinya sebenarnya tidak tahu apa-apa akan selalu belajar dan tidak pernah merasa cukup dengan ilmu yang sudah didapatnya. Menurut Socrates orang dapat mencapai kebahagiaan adalah dengan mempunyai arete. Kata arete kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan kata "virtue". Dalam bahasa Indonesia kita mengenalnya dengan kebajikan atau keutamaan.

Ia mengatakan bahwa keutamaan adalah pengetahuan. Ini merupakan pendiriannya yang paling terkenal. Jika kita tidak mengetahui yang benar bagaimana kita dapat bahagia?. Sehingga sesungguhnya tidak ada orang yang jahat di dunia ini. Setiap orang melakukan apa yang baik untuk dirinya. Hanya karena ketidaktahuan sehingga ia berbuat keliru. Lalu siapa yang bertanggung jawab dari ketidaktahuan. Setiap orang bertanggung jawab atas ketidaktahuan dirinya. Oleh karena itu kita selalu dituntut untuk belajar dan banyak mengetahui apa yang baik dan benar.

Namun pendapat Socrates ini dibantah oleh muridnya sendiri yakni Aristoteles. Ia mengatakan bahwa kebahagiaan harus disamakan dengan aktivitas, bukan dengan potensialitas belaka. Sebagai contoh orang yang mempunyai pengetahuan belum tentu dapat melakukan kebaikan. Tetapi orang yang telah melakukan kebaikan pasti karena mempunyai pengetahuan yang benar, baik dan bijak.

 "Aktivitas mengejar keutamaan adalah yang membahagiakan"

Kita perlu mengubah sikap yang selalu menaruh persyaratan pada kebahagiaan. Anak-anak kecil pada saat bermain dengan teman-temannya mereka tampak sangat bahagia dan senang. Karena mereka tidak ada memikirkan hal lain selain permainan tersebut. Berbeda dengan orang dewasa. Saya akan bahagia jika ada mobil. Saya akan bahagia jika punya penghasilan yang gede. Jadi persyaratan untuk bahagia ada di masa yang akan datang. Kebahagiaannya nanti bukan saat ini, padahal hidup manusiakan sekarang bukan nanti.

Maka marilah kita menaruh perhatian pada apa yang sedang kita alami dengan sungguh-sungguh. Jika sedang makan ya nikmati makanannya. Sedang bekerja yang sungguh-sungguh bekerja. Jika kita sedang melakukan aktivitas yang fokus pada aktivitas tersebut. Apalagi aktivitas tersebut merupakan keutamaan pasti akan membahagiakan. Dengan kata lain keutamaan merupakan aktivitas yang membahagiakan.

Sikap yang selanjutnya yaitu lekat pada emosi negatif. Tetapi bukan maksudnya agar kita tidak memiliki emosi negatif. Sebab jika tidak memiliki emosi negatif hal itu tidak manusiawi. Kita pun perlu sesekali merasakan stres, depresi, sedih karena kehilangan, kecewa karena kegagalan. Itu semua baik. kita dapat merasakan semuanya itu dan biarkan semuanya berlalu, yang jelek adalah ketika kita melekat pada emosi tersebut.

Hal yang perlu kita lakukan sekarang adalah menanyakan pada diri sendiri apakah sampai saat ini saya masih memiliki rasa cemburu, iri hati, jengkel, rasa bersalah, penolakan, dan apa yang terjadi jikalau saya membiarkannya berlalu? Tentu kita akan merasa lega dan bahagia bukan.

Langkah selanjutnya sangat sederhana sekali namun tidak semua orang dapat melakukannya yakni selalu bersyukur atas kehidupan ini. Caranya sangat sederhana sekali. Cobalah sejenak kita mengkontemplasikan diri kita pada apa yang dialami anak jalanan. Tidur di sembarang tempat. Susah mencari makan dan tidak ada yang peduli dengan hidupnya.

Namun dengarkanlah kalimat yang amat indah ini keluar dari bibir mereka "Saya dapat melakukan hal yang terindah dalam hidup ini" temukanlah hal yang terindah tersebut, maka Anda akan menemukan cinta. Semoga kita semua pun mampu menemukan rahasia bersyukur.

Jadi dalam pembahasan kali ini dapat ditarik benang merah bahwa ketidakbahagiaan yang kita alami karena kita memiliki pelbagai pengertian yang keliru, yakni kebahagiaan itu terletak pada hal-hal yang ada di luar diri kita. Padahal sejatinya kebahagiaan itu ada di dalam diri kita sendiri. Dan kitalah yang menentukannya.

Sumber  buku : Jalan Menuju Tuhan oleh Anthony de Mello, SJ

                                Filosofi Teras oleh Henry Manampiring

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun