Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah
Sebab Dia mengasihi anak panah yang meleset laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap.
(sang nabi, hlm.22-23).
Â
Dari karya Khalil Gibran yang luar biasa ini mau berbicara kepada kita semua bahwa anak muda, mahasiswa/i perlu didik dengan kasih dan cinta. Â Bukan dengan kebijakan yang otoriter dan selalu merasa sebagai orang yang maha benar dan siswa tidak tahu apa-apa. Pada hal setiap pendidik diajak untuk menjadikan anak muridnya sebagai pribadi yang utuh.
Agar siswa dapat menjadi pribadi yang utuh alangkah baiknya pendidik menyadari bahwa tugasnya adalah sebagai fasilitator dan murid dirangsang untuk berkembang dan maju seturut bakat dan kemampuannya. Relasi antara guru dan murid mestinya dialogis, saling percaya, saling mengembangkan satu dengan yang lain, dan akrab. Sehingga para murid dapat merasakan atmosfir kampus yang penuh kekeluargaan dan persahabatan bukan hanya tempat dengan pelbagai kepentingan dan hanya sebagai fasilitas pemenuhan kebutuhan.
Menjadi pendidik yang baik sesuai dengan tuntutan zaman bukanlah hal yang mudah. Apalagi mereka yang tidak mau mengubah kebiasaan lama yang terkesan membosankan dan ketinggalan zaman. Tetapi mau tidak mau zaman teruslah berubah dan guru pun harus berubah dan kreatif dalam menyalurkan ilmunya. Hal yang baik diperhatikan adalah melaksanakan proses belajar mengajar sesuai konteks. Sekarang di era digital para pendidik mesti tahu cara memanfaatkannya untuk meningkatkan dan memancing semangat belajar para muridnya.
Pendidik harus mengenal konteks siswa, tidak bisa main pukul rata saja. Sebab setiap murid memiliki ciri dan latar belakang yang beragam. Barang kali dengan cara menemukan satu cara atau prinsip yang dapat mengatasi masalah tersebut. Artinya seorang pendidik pun diajak untuk senantiasa berefleksi atas pengalaman mengajar dan melakukan aksi terhadap refleksinya.
Khalil Gibran dalam karya yang secara tersirat mengungkapkan kepada para  pendidik  untuk tidak memaksa para muridnya menyerupainya dan harus mengikuti semua kemauannya dalam hal yang baik dan diterima sebagai hukum yang tidak dapat dibantah si oke-oke saja. Tetapi tidak baik menurut pandangan sang pendidik. Sebab menurut Khalil Gibran kehidupan tidak pernah berjalan mundur; pun tidak tenggelam di masa lampau.
Bagi Khalil Gibran mendidik itu memberikan kebebasan berkembang kepada anak murid. Namun yang menjadi soalnya adalah bagaimana anak murid dapat berkembang jika gurunya mengajar dengan otoriter, apalagi tidak memiliki semangat yang mendalam dalam mengajar. Yang menjadi sasarannya adalah murid yang hanya menerima ilmu yang ditransfer dan terbebani dengan pelbagai kebijakan yang diatur untuk memberikan keuntungan baginya dan penderitaan bagi muridnya.