Mengingat pada sektor produksi, tenaga kerja perempuan mendominasi dan secara bersamaan mereka terkategori sebagai kelompok rentan sebagaimana ditandaskan dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Tatkala isu ini getol diperhatikan, industri SKT yang kerap kental dengan nuansa maskulinitas justri bisa menjadi area yang ramah gender, ramah terhadap kesetaraan gender. Serta pada jangkauan lebih luas menjadi industri yang sungguh 'mensejahterakan.'
Penutup: Merawat IdentitasÂ
   Sigaret kretek tangan lebih dari sekadar produk komersial, ia adalah produk penanda identitas Bangsa Indonesia yang tidak bisa disangsikan lagi corak historisnya. Disinyalir, pada era kolonialiasme industriawan kretek acapkali didapuk sebagai zelfmademan alias orang yang menjadikan dirinya sendiri (berhasil) dan juga dijuluki werkgaver yakni pemberi pekerjaan bagi sesama warga jajahan. Pemberdayaan sesama pribumi kala itu tidak semata-mata didasarkan pada pertimbangan profit semata tetapi, secara simultan sebagai upaya membentuk identitas kolektif sebagai bangsa yang turut mengkristalkan semangat nasionalisme.
  Sebagaimanan dikemukakan Laurajane Smith, kretek dalam perjalanananya memunculkan 4 karakteristik Nusantara. Pertama, aspek materialitas. Perpaduan tembakau dan cengkeh plus perisa (saos perasa) melalui pengolahan bahan-bahan yang berasal dari dalam negeri. Kedua, aspek usia. Tak ayal sejak diperkenalkan secara luas dari tahun 1870-1880, industri kretek melintasi berbagai era dengan coraknya masing-masing berpadu dengan dinamika zaman yang kompleks, kretek tetap mentereng hingga kini di tengah gempuran kompetisi yang sengit. Ketiga, aspek estetika; terutama jika ditelusuri dari sisi keunikannya. Kretek itu khas Indonesia. Mulai dari pembudidayaan, penyimpanan, pengolahan, hingga proses distribusinya. Keempat, aspek monumental. Kretek menjadi pengingat sekaligus 'aktor' dalam perjalanan historis bangsa ini: era kolonial, kemerdekaan, orde lama, orde baru, reformasi, sampai pasca reformasi sekarang yang mana membawa serta kekentalan nilai sosio-budaya yang sarat makna.
  Elaborasi karakteristik tersebut menegaskan kontribusi sigaret kretek tangan bagi Bangsa Indonesia yang tak ternilai. Perihal identitas, Indonesia diidentikan sebagai negara penghasil kretek dengan kualitas yang teruji dengan pangsa pasar tidak hanya dalam negeri tetapi juga luar negeri, lintas batas. Identitas semacam ini amat perlu apalagi di tengah fenomena globalisasi yang mengaburkan batas teritorial negara dan serentak bisa meleburkan identitas dalam pusaran kemajuan jika tidak ada resiliensi sebagai bangsa. Pada aras ini, kretek menyodorkan sumbangsih penuh. Aroma kretek yang khas hingga mancanegara turut mengharumkan 'aroma' Indonesia hingga ke jangkauan yang lantas batas dan berharap tak terbatas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H