Dalam surat tersebut, tuntutan Truk-F sangat jelas, yakni meminta DPRD Ngada untuk mengambil sikap politis atas persoalan tindakan amoral yang telah dilakukan Bupati Ngada terhadap bawahannya.
Truk-F meminta DPRD Kabupaten Ngada menggunakan hak-haknya antara lain hak meminta keterangan maupun hak penyelidikan. Namun, sayangnya, sampai sekarang DPRD belum memberikan sikap terhadap kasus ini.
Kejujuran Moral
Kasus ini terkesan terus menggelinding seperti bola liar bahkan dipelintir sebagai isu politik untuk menjatuhkan MS yang kini digadang maju dalam pilgub NTT tahun 2108. Semua orang bisa saja berpendapat. Namun yang jelas, Natalia, Truk F dan masyarakat NTT yang mengingingkan kebenaran dari kasus ini terus menanti kejujuran Bupati MS.Â
Kejujurn Moral bagi seorang pemimpin di era demokasi beradab ini sangat penting bahkan menjadi indikator utama menjadi pemimpin. Pemimpin bermoral bejat hanya ada di zaman kerajaan abad 14-15 di Eropa bahkan sampai abad 19 permulaan.Â
Di era sekarang, pemimpin yang bermoral bejat seprti menghamili pembantu rumah tangganya sendiri adalah tindakan yang sungguh memalukan. Itulah makanya terjadi hara kiri seperti di Jepang. Saat seorang pejabat ketahuan korupsi atau terlibat perilaku amoral langsung mundur atau malah bunuh diri. Mengapa? Karena bangsa Jepang sungguh mengagungkan moral.
Di tengah banyak fakta yang kini mencuat, apakah Marianus Sae akan secara ksatria mengakui perbuatannya itu dan mundur dari jabatan politiknya? Rasanya sangat sulit bagi MS.Â
Berbagai cobaan indimidasi yang dirasakan Natalia adalah bukti bahwa calon pemimpin NTT ini masih jauh dari sikap jujur. Sikap jujur itu bahkan sangat mahal bagi MS. Apakah mungkin calon pemimpin seperti ini bisa diharapakan mengubah NTT menjadi lebih baik? Tentu tidak.
Menanti Sikap PDIP
Kemerosotan moral pemimpin adalah salah satu biang kerok hancurnya peradaban bangsa. Persoalan seperti korupsi, kekerasan, dan gaya hidup hedonis elit politik ibarat benalu yang terus melekat dalam perjalanan bangsa ini termasuk di provinsi NTT.Â
Pengeroposan moral politik ini akan terus menempatkan kita pada situasi pelik dan tak menentu. Revolusi mental pun tidak akan pernah tercapai jika moral para pemimpin politik tidak dibenahi mulai dari titik awal penjaringan. Proses penjaringan calon pemimpin yang akan bertarung dalam pemilu/pilkada menjadi titik sentral yang harus dicermati. Partai politik harus berani mengatakan 'tidak' bagi calon pemimpin yang terlibat dalam kasus amoral. Sikap tegas ini sangat penting karena parpol adalah mesin produksi pemimpin.