Membangun Tubuh Kristus di Era Digital dalam Keluarga
Hari ini, 26 Januari 2026 kami sekeluarga menemani putra kedua bersama teman-teman satu sekolahnya di SD Kanisius Condongcatur merayakan ekaristi di Gereja Santo Petrus dan Paulus Babadan, Wedomartani, Sleman (Timur). Mereka akan bertugas koor selama perayaan ekaristi. Ini semacam piknik rohani kecil ke tempat yang baru (pindah tempat ibadah) yang berjarak kurang lebih 3,5 km dari kediaman kami. Â
***
Pada Hari Minggu Biasa III ini, kita diajak merenungkan panggilan untuk hidup sebagai komunitas umat Allah. Melalui bacaan dari Kitab Nehemia, Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus, dan Injil Lukas, kita diajak melihat bagaimana Sabda Tuhan tetap relevan bagi kita yang hidup di tengah arus zaman digital.
Firman yang Menghidupkan Jiwa
Pada bacaan pertama, Nehemia (Neh 8:3-5a.6-7.9-11) menggambarkan momen ketika umat Israel berkumpul untuk mendengarkan pembacaan kitab Taurat. Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian, bahkan menangis karena tersentuh oleh Firman Allah. Namun, mereka diingatkan bahwa hari itu adalah kudus, sehingga mereka diminta untuk bersukacita. Sukacita dalam Tuhan menjadi kekuatan mereka. Mereka diminta untuk menikmati sukacita dengan berbagi kepada sesama.
Dalam konteks zaman sekarang, pesan ini mengajak kita untuk menyediakan waktu mendengarkan dan merenungkan Firman Tuhan di tengah kesibukan dan distraksi digital. Teknologi bisa menjadi alat untuk mendekatkan kita pada Sabda, namun hati yang terbuka dan jiwa yang rindu kepada Allah adalah kunci utamanya. Firman Tuhan tetaplah sumber penyegaran jiwa, hikmat, dan penghiburan, terutama bagi mereka yang merasa lelah atau kehilangan arah.
Satu Tubuh, Beragam Karunia
Sedangkan pada bacaan kedua, Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus (1Kor 12:12-30) menggambarkan umat Kristiani sebagai satu tubuh dengan banyak anggota. Setiap anggota memiliki peran dan karunia yang berbeda, namun semuanya saling melengkapi. Tidak ada yang lebih penting atau kurang berarti. Keberagaman ini bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang memperkaya tubuh Kristus.
Pesan ini sangat relevan di era milenial dan Gen Z yang hidup dalam dunia kolaborasi digital. Setiap individu memiliki talenta dan peran unik dalam membangun masyarakat dan gereja. Ketika kita saling menghargai dan bekerja sama, kita dapat menciptakan komunitas yang kuat dan penuh kasih, baik secara daring maupun luring. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa kesatuan dalam keberagaman adalah panggilan sejati umat Allah.
Misi Yesus: Cahaya bagi Dunia
Dalam Injil Lukas (Luk 1:1-4;4:14-21), Yesus memulai pelayananNya dengan mengutip nubuat Yesaya: Dia diutus untuk membawa kabar baik kepada orang miskin, membebaskan yang tertawan, dan memberikan penglihatan kepada yang buta. Deklarasi ini menggambarkan misi Yesus sebagai pembawa harapan dan pembebasan.
Di tengah kesenjangan sosial dan tantangan global, generasi muda sering kali menjadi saksi ketidakadilan. Misi Yesus menginspirasi kita untuk menjadi agen perubahan di dunia ini. Kita dipanggil untuk membawa kasih, keadilan, dan pengharapan kepada mereka yang membutuhkan. Dengan keberanian, kita dapat menjadi terang di tengah kegelapan, menjawab panggilan Tuhan untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
Pesan bagi Keluarga di Zaman Ini
Ketiga bacaan pada hari Minggu 26 Januari 2025 ini menekankan pentingnya mendengarkan Firman Tuhan, saling melengkapi, dan membawa misi kasih kepada dunia. Bagi keluarga di zaman ini, pesan ini mengingatkan akan perlunya membangun fondasi iman yang kuat. Orang tua perlu menyediakan waktu bersama untuk membaca dan merenungkan Firman Tuhan, mengadakan momen-momen doa bersama secara rutin (misalnya mendoakan doa angelus secara teratur tiga kali sehari, berdoa sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah bangun tidur), mengajarkan nilai-nilai keadilan dan kasih, serta menghargai keberagaman dalam keluarga.
Keluarga dapat memanfaatkan teknologi untuk mempererat hubungan melalui doa bersama secara virtual (jika terpisah secara ruang dan waktu) atau berbagi refleksi melalui media sosial. Namun, yang terpenting adalah menciptakan momen-momen kebersamaan nyata, di mana nilai-nilai Kristiani diwujudkan dalam tindakan kasih dan perhatian satu sama lain. Dengan demikian, keluarga menjadi tempat pertama di mana Firman Tuhan dihidupi dan menjadi teladan bagi lingkungan sekitar.
Kesimpulan: Panggilan untuk Menjadi Terang
Benang merah dari bacaan-bacaan hari ini adalah panggilan untuk hidup sebagai komunitas yang mendengar Firman, menghargai keberagaman, dan menjadi saksi kasih Tuhan. Di era digital, teknologi dapat menjadi sarana untuk menyebarkan pesan ini, tetapi kehidupan nyata tetaplah tempat di mana nilai-nilai iman diwujudkan.
Dalam konteks keluarga, membangun komunikasi yang penuh kasih dan mendukung pertumbuhan iman menjadi fondasi penting. Kita dipanggil untuk menjadi "garam dan terang dunia," menerangi jalan di tengah tantangan zaman, membawa harapan bagi sesama dan menjadi saksi akan kasih dan kesetiaan yang tak berkesudahan.
Selamat hari Minggu (terakhir di bulan Januari 2025)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI