Dan begitulah, buku itu tetap berantakan. Mirip seperti sebuah negara yang dipimpin dua kepala: semua merasa paling penting, tapi lupa bahwa kebersamaan adalah kunci keteraturan. Sementara para pembantu sibuk membuat kontroversi yang tak berkesudahan. Bos suruh bongkar pagar, anak buah melawan, jadinya seperti pertikaian antar bab yang merasa diri penting.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!