Berdasarkan pantauan di beberapa daerah, respons masyarakat terhadap MBG beragam. Di wilayah perkotaan, program ini disambut antusias oleh orang tua yang merasa terbantu dengan pengurangan biaya bekal sekolah. Namun, di daerah pedesaan, tantangan distribusi dan keterbatasan anggaran sering menjadi hambatan utama.
Di Yogyakarta, misalnya, program MBG belum sepenuhnya terasa. "Kalau hanya sehari, apa gunanya?" ujar seorang ibu rumah tangga yang tidak tahu apakah sekolah anaknya menjadi penerima program ini. Banyak yang menganggap bahwa pemberian makanan bergizi sekali-sekali tidak memberikan dampak berkelanjutan.
Belajar dari Negara Lain: Program Gizi yang Berkelanjutan
Beberapa negara telah membuktikan keberhasilan program gizi untuk anak sekolah. Di Jepang, misalnya, "kyushoku" atau makan siang sekolah bukan hanya menyediakan makanan bergizi tetapi juga mengajarkan anak pentingnya pola makan sehat. Program ini dilakukan setiap hari dengan menu yang dirancang ahli gizi.
India juga memiliki "Mid-Day Meal Scheme" yang sukses menurunkan angka putus sekolah sekaligus memperbaiki status gizi anak-anak di pedesaan.
Indonesia perlu belajar dari pengalaman ini. Program seperti MBG harus lebih dari sekadar inisiatif aksidental; harus ada sistem yang memastikan kontinuitas dan dampak jangka panjang. Tetapi belajar dari kencenderungan politis di Indonesia selama ini, program semacam ini tidak pernah awet, selain untuk mengabulkan janji-janji yang sempat terujar saat kampanye (malu dong kalau terlalu sering tidak terealisasi hehe)
Solusi untuk Masa Depan: Menuju Program yang Tepat Sasaran
Untuk meningkatkan efektivitas MBG, evaluasi berbasis data menjadi langkah pertama yang harus dilakukan. Pemerintah perlu melakukan pemetaan daerah-daerah yang paling membutuhkan intervensi gizi, sehingga bantuan dapat tepat sasaran. Data yang akurat akan membantu mengidentifikasi kelompok masyarakat dengan risiko gizi buruk tertinggi.
Selain itu, peningkatan frekuensi pemberian makanan bergizi juga menjadi kunci keberhasilan program ini. Makanan sehat harus menjadi bagian dari rutinitas harian di sekolah, bukan hanya agenda mingguan atau bulanan. Dengan pemberian makanan setiap hari, anak-anak akan mendapatkan asupan nutrisi yang konsisten untuk mendukung pertumbuhan mereka.
Keterlibatan komunitas juga sangat penting dalam penyelenggaraan MBG. Orang tua dan komunitas lokal dapat dilibatkan dalam penyediaan dan pengawasan makanan, sehingga program ini lebih terintegrasi dengan kebutuhan lokal. Dengan demikian, masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap keberlanjutan program.
Menu yang disediakan harus dirancang oleh ahli gizi untuk memastikan keseimbangan nutrisi. Setiap porsi makanan perlu mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin dalam proporsi yang tepat. Hal ini tidak hanya mendukung pertumbuhan fisik tetapi juga perkembangan kognitif anak-anak.
Terakhir, kolaborasi dengan sektor swasta dapat menjadi solusi untuk mendukung keberlanjutan program. Perusahaan-perusahaan dapat berkontribusi dalam bentuk pendanaan, penyediaan bahan makanan, atau teknologi pendukung. Sinergi antara pemerintah dan swasta akan menciptakan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan.