Langkah Kecil di Tengah Kehilangan: Narasi Pengalaman Tak Terlupakan di Tahun 2024
2024 menjadi tahun penuh warna bagi saya, tahun yang memberikan pelajaran berharga tentang kehidupan melalui peristiwa yang penuh makna. Ada syukur, ada luka, ada kehilangan, ada kebanggaan, tetapi juga ada awal baru yang membuka peluang tak terduga. Semua itu membentuk mosaik pengalaman yang patut dikenang.
Sebuah Kejadian Sepele, Berakhir di Ruang Operasi
Segalanya bermula dari sebuah kecelakaan kecil yang sepele di depan rumah. Tidak ada yang menyangka langkah saya akan berujung pada patahnya tulang telapak kaki kiri. Kali pertama dalam hidup, saya merasakan bagaimana tubuh saya "diperbaiki" di ruang operasi. Dua jam berlalu seperti sekejap mata; saya hanya ingat terbangun di ruang transit.
Pengalaman ini membawa saya ke dunia baru yang belum pernah saya bayangkan: proses medis yang mendalam, kekuatan doa, dan pengorbanan. Tulisan tentang pengalaman ini, "Puasa Sebelum Operasi", saya bagikan di Kompasiana sebagai refleksi atas peristiwa yang mengubah cara saya memandang hidup, tentang makna puasa dan tentang persiapan batin menuju ruang operasi. Tentu bagi mereka yang pernah masuk ke ruang bedah dan menjalani operasi sudah mengerti apa yang saya maksudkan.
Kepergian Mereka yang Berarti
Di tengah pemulihan, duka kehilangan menyelinap. Joko Pinurbo, seorang penyair yang selalu menginspirasi, pergi untuk selamanya. Saya menulis penghormatan untuknya, "Perginya si Rindu Pulang dan Angkringan", mengenang bagaimana ia merangkai kata seperti merangkai keajaiban kecil yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Saya bahkan menulis empat tulisan tentang Jokpin.
Sebelumnya, kehilangan sudah lebih mengetuk pintu. Opa Severinus Domi, sosok senior yang sudah saya anggap seperti keluarga, berpulang. Saya yang masih di atas tempat tidur tidak bisa mengikuti semua prosesi dari awal hingga pemakamannya. Lalu Oktober membawa duka lain ketika Opa Rafael, yang biasa kami sapa Opa Salib Besar, seorang sahabat sekaligus rekan menulis, juga meninggalkan dunia ini. Tulisan saya, "Selamat Jalan, Opa Rafael: Opa Salib Besar", menjadi cara saya menghormati warisan kenangan bersama Opa dalam hidup saya. Saya bahkan menulis tentang Opa dan Oma yang setia merawat lebih dari empat artikel.
Kehilangan orang-orang terdekat selalu meninggalkan ruang kosong yang sulit diisi. Namun, cinta dan perhatian mereka tak pernah hilang. Bagi siapa pun yang kehilangan suami, istri, anak, atau orang tua, izinkan saya menyampaikan empati yang mendalam. Kehilangan secara fisik tidak akan pernah menghapus kenangan dalam hati. Cinta yang mereka tinggalkan akan terus hidup, menjadi kekuatan untuk melangkah maju. Ingatlah bahwa mereka hadir dalam setiap momen indah yang kita kenang.
Kompasiana: Sebuah Awal Baru
Menariknya, dari tempat tidur rumah sakit, saya menemukan medium baru untuk menyalurkan pikiran. Artikel pertama saya di Kompasiana, "Dua Sisi dari Sekeping: Jogetin Aja", lahir dari perenungan selama pemulihan atas peristiwa politik yang menurut saya menggelikan. Kemudian tulisan saya selanjutnya, "Arus Balik ke Dalam dan Keluar Diri", mendapat apresiasi luar biasa dan masuk sebagai Artikel Utama. Momentum ini membangkitkan semangat saya untuk terus menulis di Kompasiana, meski di profil tertulis bergabung sejak 11 September 2021, artikel pertama saya justru baru muncul pada 8 April 2024.
Selain itu 2024 juga menjadi tahun produktif bagi saya dalam menulis. Tiga bulan pertama bergabung di Kompasiana justru saya lalui dari atas tempat tidur. Salah satu inspirasi utama saya adalah Romo Mangunwijaya, yang oleh kami (yang tergabung dalam IKAFITE: Ikatan Alumni Filsafat Teologi Kentungan) sedang diperjuangkan sebagai pahlawan nasional dengan tagline: "JB Mangunwijaya: Guru Bangsa, Guru Kemanusiaan, Guru Iman." Dedikasinya pada orang-orang kecil dan tertindas begitu luar biasa. Saya bahkan sangat aktif menulis tentangnya, dan salah satu artikel saya, "Terbangkan Kembali Burung-Burung Manyar", dimuat di Kompas.id pada 18 Februari 2024 beberapa hari sebelum kecelakaan dan kemudian mendorong saya untuk menuangkan berbagai ide lewat Kompasiana (meski masih terus menulis untuk website sendiri: Bajawa Press dan beberapa media online lainnya). Semangatnya terus menginspirasi langkah saya dalam berkarya.
Dua Peristiwa Iman yang Mendalam
Tahun ini juga diwarnai dengan dua peristiwa iman yang sangat berkesan. Peristiwa pertama adalah ketika putra kedua saya menerima Komuni Pertama, menerima Tubuh dan Darah Kristus untuk pertama kalinya dalam hidupnya sebagai seorang Katolik. Momen ini membawa kebahagiaan yang tak terlukiskan, melihat anak saya melangkah dalam iman dengan penuh keyakinan dan cinta. Saya sendiri masih tertatih-tatih dan memaksakan diri untuk memakai sepatu agar bisa tampil yang terbaik bagi si kecil.
Peristiwa kedua adalah kedatangan Paus Fransiskus yang memberikan kesan mendalam, tidak hanya bagi umat Katolik tetapi juga bagi banyak warga Indonesia lainnya. Kehadirannya menjadi simbol persatuan, cinta kasih, dan harapan di tengah dunia yang penuh tantangan. Saya terinspirasi oleh pesan-pesan universalnya yang melampaui batas agama dan budaya.
Tawaran yang Tak Terduga
DDi tengah semua itu, Kemenag Sleman menawarkan saya kesempatan besar: menambah tiga sekolah baru, yaitu SMP, SMA, dan satu SMK Kesehatan untuk mengampu pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Sebuah kepercayaan besar yang membawa tantangan baru di bidang pendidikan. Saya merasa diberi kesempatan untuk melangkah lebih jauh dalam ikut andil mencerdaskan kehidupan bangsa, meskipun masih dalam proses pemulihan fisik.
Menjadi guru di SMP dan SMA/SMK adalah pengalaman yang sangat mengasyikkan. Di tingkat SMP, saya dapat merasakan semangat para siswa yang selalu penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang dunia di sekitar mereka. Interaksi yang penuh dengan tanya jawab dan diskusi membuat suasana belajar menjadi dinamis dan menyenangkan.
Di SMA/SMK, tantangannya berbeda, dengan siswa yang mulai mempersiapkan diri untuk masa depan. Saya dapat berkontribusi dalam membimbing mereka untuk menghadapi berbagai pilihan kehidupan selanjutnya, dari pendidikan lanjutan hingga dunia kerja.
Saya sungguh bersyukur atas tawaran dari Kemenag Sleman ini. Kesempatan untuk mengajar di tiga sekolah baru sekaligus merupakan anugerah yang tidak hanya memberikan saya ruang untuk berkembang secara profesional, tetapi juga untuk menjadi bagian dari perjalanan pendidikan para siswa.
Dengan penuh harapan, saya bertekad untuk memberikan yang terbaik dalam mendidik mereka, sekaligus memperkuat peran pendidikan agama dan budi pekerti dalam membentuk karakter bangsa.
Dinamika di Empat Sekolah
Menjadi guru di empat sekolah membawa dinamika yang unik setiap harinya. Bertemu dengan siswa dan guru dari karakter yang berbeda-beda adalah tantangan sekaligus kekayaan tersendiri. Ada momen-momen yang begitu berkesan di keempat sekolah ini, yang kerap saya jadikan bahan tulisan di Kompasiana. Interaksi dengan para siswa yang bersemangat, diskusi hangat dengan rekan-rekan guru, hingga refleksi pribadi tentang dunia pendidikan menjadi warna-warni perjalanan saya di tahun ini.
Refleksi: Menemukan Makna di Tengah Perjalanan
2024 adalah tahun yang mengajarkan saya untuk menghargai setiap momen, baik suka maupun duka. Kehilangan yang saya alami bukan hanya tentang perpisahan, tetapi juga tentang mengenang warisan, menghormati nilai-nilai, dan melanjutkan langkah mereka yang telah pergi. Tulisan-tulisan saya di Kompasiana menjadi jembatan untuk membagi pelajaran ini kepada dunia sekaligus arsip untuk aneka ide dan pemikiran agar tidak lenyap begitu saja.
Di balik kesulitan, ada pelajaran. Di balik kehilangan, ada cinta yang terus hidup. Dan di balik langkah kecil yang terhenti karena patah, ada lompatan besar yang menanti di depan.Â
Tahun 2024 akan selalu saya kenang sebagai tahun penuh makna, ketika hidup mengajarkan bahwa setiap kisah, sekecil apa pun, adalah bagian dari perjalanan besar menuju pemahaman diri dan dunia.
Semoga di tahun baru, tahun 2025 saya tetap konsisten untuk terus berbagi dengan sesama melalui tulisan entah opini, feature, puisi dan cerpen bahkan buku-buku (yang pada tahun 2024 ini hanya terbit beberapa buku)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H