Ketika Ibu Basuki berhasil mendekati Tasha, dia mendapati putrinya memeluk dadanya dengan keras, air mata mengalir di pipinya. "Ibu, apa kita akan terus bernafas?" Tasha berkata dengan suara parau. Dengan penuh haru, Ibu Basuki merengkuh putrinya, "Anakku, kita akan berjuang untuk nafas kita."
Sejak hari itu, protes semakin masif. Pajak yang dirasakan terlalu berat membuka jalan bagi pemikiran revolusioner: rakyat akan mengambil kembali nafas mereka. Dari balik gedung megah itu, para perampok berdasi mulai merasakan resah. Karena, tidak ada yang lebih berharga daripada nafas.
Inilah pertempuran baru, bukan hanya untuk melawan pajak, tetapi untuk kebebasan bernafas. Rakyat, dengan tekad tak tergoyahkan, bersatu menghadapi ancaman yang akan menghancurkan mereka. Pajak pernafasan itu akan menjadi sejarah kelam yang tak akan pernah terulang lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H