Ia melihat sosok seorang wanita dengan mata kosong, memohon, menatapnya seolah meminta bantuan. "Aku terjebak, Lina! Pikiranku menghantuiku!"
Ketakutan melanda Lina. "Siapa kamu?" Ia berteriak, suaranya bergaung dalam keheningan malam. Wanita itu merendahkan diri, dan meski tak mungkin menyentuhnya, Lina merasakan ketegangan yang luar biasa antara mereka.
"Aku adalah bayangan dari semua pikiran negatif yang kau biarkan menguasai hidupmu. Kau menariku, dan kini aku bebas."
Lina teringat akan setiap keluhan, setiap rasa percaya diri yang hilang. Ia menyadari, setiap pikiran buruknya telah melahirkan sesuatu yang lebih gelap.
Tangan dingin itu perlahan menjulur keluar dari cermin, mencoba menarik Lina ke dalam bayangannya sendiri. "Kau milikku, Lina! Kau yang mengundangku!"
Dalam sekejap, Lina seolah terhisap dalam badai pikiran, kembali terperangkap dalam kegelapan yang selama ini menganggapnya sebagai bagian dari dirinya. Ia berusaha berjuang, tetapi bayang-bayangnya semakin mendekat, merengkuh jiwa dan pikirannya.
Dengan setiap teriakan dalam pikiran, kegelapan semakin menguasai. Dalam perang batin melawan bayangannya sendiri, Lina berusaha berlari, tapi tak ada tempat untuk bersembunyi. Sosok itu semakin jelas: wajahnya adalah gambaran dari semua ketidakpuasan dan rasa sakit yang pernah disimpannya.
"Lina, terima saja, bahwa kau takkan pernah bisa bebas dari dirimu sendiri!" suaranya menggema, menambah rasa putus asa. Lina merasakannya, momen menakutkan di mana harapan semakin memudar.
Dengan setetes harapan terakhir, ia berteriak, "Cukup! Aku tidak akan membiarkanmu mengendalikan aku!"
Dan seperti sihir, bayangannya terhenti. Dalam ketegangan sesaat, Lina menemukan kekuatan untuk bangkit, menghadapi semua ketakutan yang selama ini ia ciptakan. Dengan semangat baru, ia berkata, "Aku adalah pencipta hidupku sendiri!"
Lina menutup matanya, mengalirkan cahaya positif ke dalam pikirannya, menyalakan lampu dalam kegelapan. Saat ia merasa terbangun, suara itu sirna, menyisakan kedamaian yang sempat hilang.