Bayang-Bayang Di Balik Cermin
Pinggiran desa itu dikelilingi hutan lebat, terdapat sebuah rumah tua yang dihuni oleh anggapan-anggapan kelam. Penduduk setempat menyebutnya "Cermin Hantu." Rumah itu berdiri megah, namun terasa menakutkan dan terasing dari kehidupan sehari-hari. Legenda menyebutkan bahwa siapa pun yang berani memasuki rumah itu tidak akan kembali tanpa membawa bekas ketakutan atau trauma mendalam.
Andi, seorang pemuda dengan rasa ingin tahu yang membara, dikenal sebagai sosok yang pemberani sekaligus impulsif. Sejak kecil, ia mendengar kisah-kisah menyeramkan tentang rumah itu, tetapi bukan ketakutan yang menghalangi langkahnya; justru, itu memicu semangatnya untuk menguak misteri yang tersimpan di balik dindingnya. Begitu malam bulan purnama tiba, Andi memutuskan untuk menantang nasibnya dan menjelajahi rumah yang mengerikan itu.
Setibanya di depan pintu yang berkarat, Andi merasakan hawa dingin menyelimuti dirinya. Pintu terbuka dengan bergetar, diiringi suara berdecit yang mencuri nafsu beraninya. Menerobos ke dalam, ia segera disambut oleh suasana sunyi yang begitu mencekam. Cahaya bulan memancarkan silau lembut di atas dinding yang penuh debu, dan aroma busuk menyengat hidungnya.
Di tengah ruangan yang gelap, Andi menemukan sebuah cermin besar terbuat dari bingkai kayu yang sudah lapuk. Cermin itu tampak bersinar dengan cara yang aneh, seolah ada sesuatu di dalamnya yang menarik perhatian. Dengan penuh rasa ingin tahu, Andi melangkah mendekat.
Di dalam cermin, dia melihat bayangannya, tetapi sesuatu yang berbeda mencuri pandangannya. Sosok wanita bergaun putih, wajahnya penuh kesedihan, muncul dan menatapnya dengan tatapan memohon. Dia adalah Rani, arwah yang terperangkap di dalam cermin. "Bantu aku," katanya dengan suara gemetar, "Aku tidak seharusnya terperangkap di sini."
Andi merasa tertegun. Rani menceritakan bagaimana dia terjebak di sana karena kesalahan masa lalu: sebuah perjanjian mencekik dengan makhluk gelap yang menawarkan kekayaan dan kebahagiaan, tetapi yang didapatkan hanyalah penderitaan tanpa akhir. Rani memperingatkan Andi untuk tidak terjebak dalam godaan yang sama.
Namun, saat Andi menatap Rani, rasa empati menyelimuti hatinya. Dalam pikirannya, dia merasakan dorongan untuk membebaskan arwah malang itu, tetapi dia tahu betul bahwa tidak ada yang gratis, setiap keputusan membawa konsekuensi. Dua pilihan terkuak di depannya: menyelamatkan Rani dengan risiko bagi dirinya sendiri, atau menjauh dan membiarkannya terjebak selamanya.
Ketika malam semakin larut, suasana di sekitar berubah. Suara bisikan dan hiruk-pikuk aneh datang dari dalam cermin, menghadirkan ketegangan yang semakin kuat. Tanpa sadar, Andi meraih sebongkah batu yang dia bawa sebagai simbol keberanian. Batuan itu berkilau di bawah sinar bulan, seperti harapan yang terpendam.
Rani semakin tidak stabil, mulai bergetar di dalam cermin, memohon agar Andi bertindak cepat. "Kau tidak bisa membiarkanku terjebak sendiri! Kita bisa bebas jika kamu menginjakkan kaki di dunia ini!" Heran dan cemas, Andi terombang-ambing dalam ketakutan. Namun rasa ingin tahunya mendorongnya untuk melangkah ke depan.
Tiba-tiba, sosok Rani berubah menjadi makhluk mengerikan yang mengguncangkan ketahanan mental Andi. Kegelapan memenuhi ruangan, dan suara tawa dingin menggema, membuatnya tercekik dalam ketakutan. Andi merasa terperangkap oleh bayangan-bayangan kelam dari masa lalu dan kesalahan yang tidak tuntas.
Di saat krisis itu, Andi menegaskan posisinya; ia harus melawan ketakutan untuk bisa berpihak pada Rani yang terperangkap. "Kau tidak boleh mengendalikan aku!" teriaknya, mencoba melawan kekuatan jahat di dalam cermin. Dengan tekad yang membara, ia melemparkan batu di arah cermin.
Cermin itu pecah, melepaskan ledakan sinar putih yang mengalir deras. Andi terlempar mundur, dan saat dia mencoba menggapai cermin, bayangan Rani terjerat di dalam retakan yang semakin besar. Dalam sekejap, dia memahami bahwa kebebasan bukanlah hal yang mudah diperoleh.
Detik-detik sebelum cermin sepenuhnya hancur, Andi merasakan kehadiran Rani yang termotivasi dan lembut. Ia bisa merasakan bahwa di balik setiap kegelapan, ada harapan untuk bisa keluar, walaupun dengan pengorbanan yang tinggi.
Saat Andi tersadar dari kegelapan itu, dia mendapati dirinya tergeletak di tanah, dikelilingi oleh cahaya bulan yang lembut. Rumah tua itu lenyap, seolah-olah tidak pernah ada. Di belakangnya, jejak-jejak masa lalu mulai memudar, meninggalkan rasa penasaran yang tertahan: selamanya menjadi rahasia bagi yang berani masuk.
Andi menyadari kekuatan dalam pilihannya sendiri, dan rasa ingin tahunya akan misteri yang mengelilinginya telah membawa dampak abadi, bukan hanya pada dirinya, melainkan pada semua yang mendengar kisahnya.
Alfred B. Jogo Ena
#writerpreneur
#editor
#penerbit
#bajawapress
#konsultanpenulisanbuku
NB: Cerpen di atas terinpirasi dari Artikel saya yang masuk AU berjudul: "Mengurai Benang Kusut PPN 12%".
Cerita horor di atas adalah benang kusut rakyat Indonesia yang seolah pasrah pada setiap kebijakan yang merugikan dari pemerintah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H