Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Yogyakarta, Simfoni Kehidupan dalam Ritme Slow Living

21 Desember 2024   05:00 Diperbarui: 21 Desember 2024   09:32 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi tentang kota yang layak untuk slow living, olahan GemAIBot, dokpri)

Keindahan alam Yogyakarta semakin menambah daya tariknya. Betapa ramainya hari-hari libur kala banyak pengunjung memadati Keraton Yogyakarta, Malioboro dan sekitarnya. Bayangkan betapa menawannya hijaunya sawah di sore hari, atau deburan ombak di Pantai Parangtritis saat senja tiba.

Gunung Merapi yang menjulang megah dan pemandangan pedesaan yang tenang adalah latar belakang ideal untuk melambatkan ritme hidup, memberi kesempatan bagi setiap individu untuk terhubung dengan alam.

Kebudayaan yang Mendalam

Tidak ada tempat lain di Indonesia yang dapat menyajikan tradisi dengan keindahan seperti Yogyakarta. Di antara pesona budaya yang ada, gamelan, wayang kulit, dan kerajinan batik menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Setiap pertunjukan gamelan dan pembuatan batik bukan sekadar kegiatan, tetapi sebuah proses yang mengajarkan kita untuk merenung dan menghargai tiap detik. Dalam setiap coretan batik, tersimpan cerita dan makna yang dalam, mengajak kita untuk menikmati proses dan tidak hanya hasilnya.

Kulinernya yang Menggoda

Yogyakarta juga terkenal dengan kulinernya yang kaya. Salah satu hidangan andalan, gudeg, menawarkan cita rasa manis dan gurih yang tiada duanya. Terdapat berbagai jenis gudeg, seperti gudeg kering, gudeg nangka muda, dan gudeg dengan lauk seperti ayam atau telur. Selain itu, bakpia, kue khas Yogyakarta dengan beragam merk dan rasa, menjadi camilan yang sempurna untuk menemani waktu santai.

Dengan berbagai macam isi, mulai dari kacang hijau, cokelat, hingga keju, bakpia menawarkan sensasi kenikmatan yang sulit terlupakan. Bahkan bakpia menjadi oleh-oleh andalan bagi para pengunjung.

Tantangan yang Dihadapi Yogyakarta

Namun, seperti dua sisi mata uang, Yogyakarta juga memiliki tantangan. Proses urbanisasi yang cepat membawa perubahan signifikan pada wajah kota ini, dengan pembangunan infrastruktur yang terkadang mengorbankan ruang terbuka hijau dan membuat suasana kota terasa lebih padat.

Selain itu, tingginya arus wisatawan baik domestik maupun internasional, meskipun memberikan kontribusi positif bagi perekonomian lokal, sering kali menyebabkan keramaian yang mengurangi ketenangan di beberapa area.

Hal ini bisa membuat pengalaman slow living terasa sulit dicapai, terutama di pusat-pusat atraksi yang ramai seperti Malioboro atau Candi Prambanan pada akhir pekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun