PPN 12%: Tantangan Antara Peningkatan Pendapatan Negara dan Beban Masyarakat
Pemerintah Indonesia baru-baru ini menetapkan kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12%, yang menimbulkan perdebatan sengit di masyarakat. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara untuk mendukung pembangunan, tetapi di sisi lain, dapat memberikan beban berat kepada masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah.
Dalam konteks inflasi yang mencapai 5,4% pada 2023, yang sudah cukup menekan daya beli, kenaikan tarif PPN berpotensi memperburuk keadaan. Ini bisa menjadi pemicu tambahan bagi inflasi, mempertajam tantangan dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Dampak Ekonomi yang Lebih Luas
Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12% membawa implikasi yang luas bagi perekonomian Indonesia. Selain berpotensi meningkatkan pendapatan negara, kebijakan ini juga dapat memicu sejumlah dampak negatif yang mempengaruhi berbagai sektor dan lapisan masyarakat.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana kebijakan ini akan berpengaruh terhadap inflasi, daya beli masyarakat, UMKM, serta sektor-sektor vital lainnya. Ada beberapa dampak yang terjadi seiring dengan ketuk palu PPN 12%, antara lain:
Pertama, Inflasi yang Tidak Terkendalikan. Kenaikan PPN akan langsung berpengaruh pada harga barang dan jasa, khususnya kebutuhan pokok, yang bisa mengurangi daya beli masyarakat dan meningkatkan angka kemiskinan.
Meski alasan pemerintah kenaikan hanya akan menyasar barang mewah, tetapi tali temali yang saling mencekik antarproduk akan terjadi cepat atau lambat.
Kedua, Penurunan Konsumsi Masyarakat. Sebagai faktor penting dalam ekonomi, penurunan konsumsi dapat mengganggu pertumbuhan. Kalangan menengah ke bawah akan paling merasakan dampaknya, dengan kemungkinan pengurangan pengeluaran untuk kebutuhan non-pokok.
Ketiga, Tekanan pada UMKM. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang menjadi tulang punggung perekonomian, berisiko menghadapi kenaikan biaya operasional akibat PPN, menjadikan produk mereka kurang kompetitif.
Keempat, Dampak pada Sektor Vital. Kebijakan ini juga akan mempengaruhi sektor-sektor penting seperti pertanian, kesehatan, dan pendidikan. Biaya yang meningkat di sektor-sektor ini dapat mempersulit akses dan kualitas layanan bagi masyarakat.
Kelima, Investasi Bisa Melemah. Ketidakstabilan ekonomi bisa membuat Indonesia kurang menarik bagi investor. Kenaikan PPN dapat menjadi penghalang untuk investasi baru.
Kritik dan Solusi yang Realistis
Agar bisa menghadapi kontroversi yang muncul, pemerintah perlu mendengarkan suara rakyat dan menawarkan solusi yang masuk akal. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil:
Pertama, Penghematan Anggaran Melalui Rasionalisasi Kelembagaan. Pengurangan jumlah kementerian dan lembaga yang tumpang tindih dapat menghemat anggaran hingga Rp10 triliun. Lembaga yang tidak efektif harus digabung atau dihapus.
Penghematan anggaran sebesar Rp10 triliun dari pemangkasan jumlah kementerian dapat diperoleh melalui pengurangan biaya operasional yang meliputi gaji pegawai, tunjangan, dan biaya kegiatan setiap kementerian.
Dengan mengurangi jumlah kementerian, pemerintah dapat memangkas pengeluaran untuk infrastruktur administratif seperti pertemuan, perjalanan dinas, dan fasilitas kantor yang tidak perlu.
Selain itu, konsolidasi fungsi-fungsi kementerian yang sejenis memungkinkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya manusia dan anggaran, yang pada akhirnya dapat dialokasikan untuk program-program pembangunan yang lebih berdampak bagi masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Kedua, Fokus pada Proyek Prioritas. Alihkan anggaran dari proyek yang tidak mendesak ke program bantuan sosial atau infrastruktur yang lebih mendesak dan berdampak langsung bagi masyarakat. Misalnya hentikan proyek IKN yang prestisius tapi tidak memberikan solusi jangka pendek untuk masyarakat.
Ketiga, Transparansi dan Akuntabilitas. Meningkatkan pengelolaan anggaran yang transparan dan akuntabel untuk membangun kepercayaan publik, serta memastikan dana digunakan secara produktif.
Keempat, Optimalisasi Ekonomi Digital. Mempercepat transformasi ekonomi digital dapat menciptakan sumber pendapatan baru bagi negara tanpa membebani masyarakat secara langsung.
Dukungan untuk Masyarakat
Dukungan untuk masyarakat menjadi sangat penting di tengah penerapan kebijakan PPN 12%, yang berpotensi meningkatkan beban ekonomi bagi banyak kalangan, terutama mereka yang berada di lapisan bawah.
Saat harga barang dan jasa mengalami lonjakan akibat kenaikan pajak ini, masyarakat yang sudah berjuang dengan daya beli yang menurun perlu menyaksikan tindakan nyata dari pemerintah untuk meringankan dampak tersebut.
Oleh karena itu, langkah-langkah konkret seperti perluasan program bantuan sosial, dukungan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta insentif bagi sektor-sektor vital menjadi krusial untuk memastikan bahwa kebijakan ini tidak mengorbankan kesejahteraan rakyat dan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi.
Pertama, Perluasan Program Bantuan Sosial. Pemerintah perlu memperluas cakupan program bantuan sosial untuk membantu masyarakat yang terdampak langsung oleh kebijakan PPN.
Kedua, Dukungan Lebih Besar untuk UMKM. Penyediaan fasilitas pinjaman berbunga rendah, pelatihan, dan insentif pajak untuk UMKM akan membantu mereka bertahan meski tarif PPN bertambah.
Ketiga, Pengurangan Beban Pajak untuk Sektor Vital. Memberikan insentif pajak bagi sektor pertanian, kesehatan, dan pendidikan agar layanan vital tetap terjangkau.
Keempat, Prioritas pada Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur yang memadai dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
Kesimpulan
Kebijakan PPN 12% adalah langkah yang kompleks dan membutuhkan persetujuan yang bijaksana. Pemerintah tidak hanya perlu terfokus pada peningkatan pendapatan, tetapi juga harus memperhatikan dampaknya terhadap kesejahteraan rakyat.
Melalui kombinasi solusi politik yang rasional dan kebijakan ekonomi yang berpihak kepada masyarakat, dampak negatif kebijakan ini dapat diminimalkan.
Keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada kemampuan pemerintah untuk berkomunikasi secara efektif dengan seluruh pemangku kepentingan dan menunjukkan komitmen nyata dalam melindungi kepentingan rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H