Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, seperti hipertensi, gangguan tidur, hingga kelelahan kronis.
Sebagai contoh, seorang pekerja yang menempuh perjalanan tiga jam sehari mungkin hanya memiliki waktu sedikit untuk tidur malam.
Pola ini, jika berlangsung terus-menerus, dapat memengaruhi kemampuan kognitif, termasuk daya ingat dan fokus. Tak heran, muncul julukan "generasi jompo," menggambarkan anak muda yang merasa tua sebelum waktunya.
Apakah WFH dan Hybrid Solusi Ideal?
Pandemi COVID-19 memberi kita gambaran alternatif melalui kebijakan Work From Home (WFH) dan sistem kerja hybrid. Banyak pekerja mengakui bahwa fleksibilitas bekerja dari rumah membantu mengurangi stres perjalanan dan meningkatkan produktivitas. Namun, apakah kebijakan ini dapat diterapkan secara permanen?
Bagi perusahaan, sistem hybrid menawarkan jalan tengah. Pekerja hanya perlu datang ke kantor beberapa hari dalam seminggu, sementara sisanya bisa dilakukan dari rumah. Ini membantu mengurangi tekanan pada transportasi umum dan menghemat energi pekerja.
Namun, penerapan WFH tidak selalu mudah, terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan kehadiran fisik atau kolaborasi intensif.
Selain itu, tantangan lainnya adalah bagaimana memastikan pekerja tetap produktif di rumah. Tanpa pengawasan langsung, beberapa orang merasa lebih sulit untuk menjaga ritme kerja yang konsisten.
Siasat Mengatasi Kelelahan Akibat Perjalanan Panjang
Bagi para pejuang jalanan (yang menghabiskan banyak waktu di jalanan saat berangkat dan pulang kerja), ada beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk mengurangi dampak negatif perjalanan panjang:
Pertama, Gunakan Waktu Perjalanan dengan Bijak.
Alih-alih merasa frustrasi, manfaatkan waktu di kendaraan untuk kegiatan positif, seperti membaca buku, mendengarkan podcast, atau bahkan meditasi ringan. Aktivitas ini dapat membantu mengurangi stres.