Di sisi lain, konteks sosial dan ekonomi yang lebih luas juga berperan penting. Ketidakadilan sosial, ketimpangan ekonomi, dan pola interaksi yang tidak sehat dalam kelompok sosial dapat menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi kekerasan.
Dalam beberapa kasus, orang merasa terasing atau tidak berdaya, yang mendorong mereka untuk melakukan kekerasan sebagai cara untuk merebut kembali kontrol atau mengatasi rasa frustrasi yang mendalam.
Oleh karena itu, untuk memahami fenomena kekerasan secara menyeluruh, kita perlu memasukkan analisis yang mempertimbangkan lapisan psikologis, sosial, dan struktural yang berkontribusi pada perilaku tersebut.
Â
Tinjauan Psikologi: Pendidikan Emosional dan Keterampilan Komunikasi
Dari sudut pandang psikologi, ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perilaku kekerasan. Teori agresi, seperti Teori Frustrasi-Aggresi, menunjukkan bahwa kekerasan sering kali merupakan respons terhadap frustrasi.
Ketika individu merasa tertekan, teraniaya, atau terancam, mereka mungkin merespons dengan cara yang agresif. Selain itu, ada juga faktor gangguan mental, tapi ini bukan satu-satunya penyebab.
Perilaku ini juga bisa dipandang sebagai hasil dari desensitisasi. Sosial media dan tayangan kekerasan dapat meningkatkan toleransi seseorang terhadap kekerasan.
Jika seseorang terpajan dengan gambar dan berita kekerasan, mereka mungkin akan menilai bahwa tindakan kekerasan adalah cara yang dapat diterima untuk menyelesaikan masalah.
Untuk mengatasi perilaku kekerasan yang semakin meningkat, pendekatan psikologis yang sistematis seharusnya meliputi intervensi yang berfokus pada pendidikan emosional dan pengembangan keterampilan komunikasi yang efektif.
Salah satu solusi dapat berupa program pelatihan yang membantu individu memahami dan mengelola emosi mereka, serta cara-cara positif untuk mengekspresikan diri tanpa kekerasan.
Program ini dapat mencakup pendekatan terapi kognitif-perilaku yang telah terbukti efektif dalam membantu individu mengganti pola pikir negatif yang dapat memicu perilaku agresif dengan cara berpikir yang lebih konstruktif.