"Mau natalan juga sama, ya?" gumam Pak Slamet sambil memperhatikan ikan-ikan dari luar negeri yang mendominasi meja pamer. "Impor Rumput Laut dari Jepang? Kita kan punya pantai berhektar-hektar!"
Hari berganti, Pak Slamet pun mendapatkan ide. Ia mengumpulkan semua nelayan di desanya dan merencanakan Festival Ikan Nusantara. Mereka akan memasak berbagai jenis ikan lokal dengan bumbu andalan nenek moyang. Slogan festival pun ditetapkan, "Jangan Terlalu Mengidolakan Ikan Impor, Lautan Kita Melimpah Ruah!"
Setelah seminggu persiapan, Festival Ikan Nusantara pun digelar. Ribuan orang dari segala penjuru datang meramaikan acara tersebut. Saat pengunjung mencicipi ikan lokal yang segar, mereka ternganga.
"Wah, rasanya jauh lebih enak! Kenapa kita tidak tahu dari dulu ya?" kata seorang pengunjung sambil melahap ikan bakar.
Pak Slamet dan para nelayan pun semua tersenyum lebar, mengetahui bahwa minyak goreng dalam perut mereka bukanlah hasil adonan bahan impor, melainkan dari hasil tangkap sendiri. Mereka pun menyadari, perilaku impor yang berlebihan hanya akan merugikan usaha lokal dan mengancam keberlangsungan sumber daya dalam negeri.
Setelah acara itu, orang-orang mulai beralih ke ikan lokal. Joko yang awalnya menjual ikan impor pun kebingungan melawan arus pasar yang mulai beralih.
"Pak Slamet, apa saya boleh jual ikan lokal lagi?" tanya Joko, sambil terlihat cemas.
"Boleh saja, tapi jangan lupa, slogan terbaru kita adalah: Ketika Impor Adalah Pilihan, Lautan Adalah Kenyataan!" jawab Pak Slamet sambil tertawa.
Sejak saat itu, semakin banyak yang berkeinginan untuk berbisnis ikan lokal, bahkan sampai-sampai mengadakan perjanjian dengan Pak Slamet untuk menjadi mentor. Konsep Hari Nusantara pun semakin melekat dan dikenal sebagai hari perayaan sumber daya lokal yang tak boleh dipandang sebelah mata lagi.
Dengan senyuman penuh arti, Pak Slamet merenungkan, "Impor ikan dari luar? Mari rayakan lautan kita yang lebih luas daripada jalur birokrasi yang kadang bikin kita bingung!"
Dan begitulah, Pak Slamet, sang nelayan pahlawan lokal, mengajari semua orang bahwa kadang-kadang, 'cinta laut' berarti lebih dari sekadar mencari untung: itu tentang melestarikan dan merayakan kekayaan yang sudah ada di hadapan kita.