Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humor

Brutus dan Ken Arok, Dua Sahabat Beda Generasi

30 November 2024   07:25 Diperbarui: 30 November 2024   07:25 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ken Arok: "Ya, seperti ketika saya menjadikan Tunggul Ametung sebagai batu pijakan untuk mendapatkan Ken Dedes. Rasa-rasanya, pemilih yang ditemui juga mirip! Mereka yang membantu kita, bisa jadi korban terbesar!"

Kearifan Rakyat

Di tengah perbincangan mereka, kedua lelaki ini pun melirik berita terkini di sebuah layar televisi. Berbagai politisi duduk berjejer, berdebat tentang kepentingan, sambil menjanjikan hal-hal yang sangat dramatis, yang sebenarnya tak ada satupun dari mereka yang serius menindaklanjuti.

Brutus: "Lihat mereka, Ken! Mengaku demi kepentingan rakyat, tetapi hati-hati saat menyentuh satu sama lain. Sayangnya, malah mereka berjuang demi kursi empuk, sama seperti kita dulu!"

Ken Arok: (Tersenyum sinis), "Kamu bener, Brutus! Mungkin kita harus mengajak mereka ke sebuah reuni sejarah. Datanglah dengan semangat pengorbanan, tapi hanya untuk memupuk ego!"

Mereka berdua pun menghabiskan sisa waktu di kafe dengan saling menciptakan petunjuk untuk mengatasinya: "Kalau kalian tidak bisa mengelola kekuasaan tanpa menyakiti yang lain, setidaknya lakukanlah dalam suasana yang lebih menyenangkan, seperti duduk di kafe sambil ngopi!"

Kesadaran yang Muncul di Antara Kekuatan

Ketika pertemuan itu berakhir, Brutus dan Ken Arok paham bahwa, walau berasal dari zaman yang berbeda, musuh mereka tetap sama: rasa haus kekuasaan yang menggerogoti nilai etika.

Brutus: "Kita mungkin adalah pahlawan dari sejarah dalam konteks kita, tapi mari berharap generasi baru ini punya kesadaran lebih tinggi. Jika tidak, kapan lagi mereka akan bergandeng tangan dengan 'Kotak Kosong' dalam pemilihan, ketimbang permainan kita yang kejam?"

Ken Arok: "Ah, Brutus, semoga mereka tidak perlu menunggu ulang tahun kita yang berikutnya untuk memahami artinya. Mari kita berikan mereka nasihat yang jelas!"

Brutus: (dengan senyum bijak), "Kepada generasi muda, ingatlah ini: kekuasaan tidak bisa dimanfaatkan hanya untuk kepentingan pribadi. Etika harus selalu menjadi nadi dalam setiap keputusan. Jika kalian mengutamakan ambisi di atas integritas, maka tidak ada bedanya antara kalian dengan kami yang pernah terjebak dalam kegelapan."

Ken Arok: (dengan nada serius), "Hindari jebakan yang sama! Setiap tindakan kalian akan membentuk wajah politik masa depan. Jangan biarkan ambisi membutakan mata dan hati. Silakan berjuang, tetapi lakukanlah dengan penuh rasa hormat terhadap semua pihak. Ingat, kepentingan rakyat harus selalu di atas kepentingan diri!"

Keduanya saling menatap dengan penuh harapan, meneruskan nasihat bijak mereka ke generasi yang semakin menjauh dari nilai-nilai inti. Dengan tawa pahit, mereka berharap agar para politisi modern tidak mewarisi cara-cara mereka yang kelam, tetapi sebaliknya, menciptakan cara baru yang lebih baik, melandasi etika dan kepentingan rakyat sebagai dasar pengambilan keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun