[Anekdot]: Taktik AmpEnvelope di Pilkada
Malam menjelang Pilkada, suasana di kota begitu tegang. Tim sukses (timses) dari masing-masing pasangan calon (paslon) terlihat berlarian, menyebar semangat dan janji-janji. Di tengah malam yang dianggap tenang ini, tanpa sengaja, timses dari paslon nomor satu dan paslon nomor lima bertemu di sebuah warung kopi kecil. Mereka saling tatap dengan mata melotot, seakan baru saja bertemu lawan di arena pertarungan!
"Eh, kalian dari mana? Bukannya seharusnya di posko masing-masing?" tanya Andi, anggota timses paslon nomor satu, sambil meneguk kopi yang semakin tawar.
"Tim kami lagi memantapkan strategi terakhir! Sesuatu yang sangat penting untuk besok," jawab Budi, dari timses paslon nomor lima, sambil mengedipkan mata.
Mereka saling merayuku dengan cerita sukses, tapi semua berubah ketika Kojo, satu-satunya orang yang sama di kedua tim, masuk ke warung itu. Dia adalah sang 'penjual amplop' yang terkenal---dan kebetulan juga memiliki taktik yang sama di kedua kubu.
"Kojo! Kamu di sini juga? Kenapa tidak memberitahu kami bahwa kamu juga jual amplop di tim kami?" Andi protes, seakan menemukan pengkhianat di tengah kegelapan.
Kojo tertawa, "Tenang, ini bisnis, sob! Saya di sini untuk semua orang. Nah, ada amplop kecil, sedang, dan besar! Pilihan terbaik untuk tim kalian!"
Andi dan Budi terdiam melihat Kojo yang terlihat bangga dengan dagangannya. "Tapi... kami ingin amplop yang isinya banyak, bukan yang besar sekadar bungkus!" seru Budi.
Tanpa berlama-lama, Kojo menjelaskan: "Nah, jangan tertipu dengan ukurannya! Banyak yang terjebak dengan amplop besar, tapi isinya sedikit. Sementara amplop kecil dan sedang seringnya lebih bermanfaat di dalamnya. Buktikan sendiri!"
Andi dan Budi bertukar pandang seolah telah menemukan harta karun. Ternyata, Kojo sudah menjadi malapetaka dan pahlawan di saat bersamaan. Akhirnya, mereka sepakat membeli beberapa amplop yang lebih kecil, sembari bertanya-tanya apakah Kojo akan menghadapi pertanyaan serupa ketika tim sukses yang lain bertemu dengannya.