Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Games Pilihan

(Anekdot): Taktik AmpEnvelope di Pilkada

26 November 2024   18:32 Diperbarui: 26 November 2024   18:50 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

[Anekdot]: Taktik AmpEnvelope di Pilkada

Malam menjelang Pilkada, suasana di kota begitu tegang. Tim sukses (timses) dari masing-masing pasangan calon (paslon) terlihat berlarian, menyebar semangat dan janji-janji. Di tengah malam yang dianggap tenang ini, tanpa sengaja, timses dari paslon nomor satu dan paslon nomor lima bertemu di sebuah warung kopi kecil. Mereka saling tatap dengan mata melotot, seakan baru saja bertemu lawan di arena pertarungan!

"Eh, kalian dari mana? Bukannya seharusnya di posko masing-masing?" tanya Andi, anggota timses paslon nomor satu, sambil meneguk kopi yang semakin tawar.

"Tim kami lagi memantapkan strategi terakhir! Sesuatu yang sangat penting untuk besok," jawab Budi, dari timses paslon nomor lima, sambil mengedipkan mata.

Mereka saling merayuku dengan cerita sukses, tapi semua berubah ketika Kojo, satu-satunya orang yang sama di kedua tim, masuk ke warung itu. Dia adalah sang 'penjual amplop' yang terkenal---dan kebetulan juga memiliki taktik yang sama di kedua kubu.

"Kojo! Kamu di sini juga? Kenapa tidak memberitahu kami bahwa kamu juga jual amplop di tim kami?" Andi protes, seakan menemukan pengkhianat di tengah kegelapan.

Kojo tertawa, "Tenang, ini bisnis, sob! Saya di sini untuk semua orang. Nah, ada amplop kecil, sedang, dan besar! Pilihan terbaik untuk tim kalian!"

Andi dan Budi terdiam melihat Kojo yang terlihat bangga dengan dagangannya. "Tapi... kami ingin amplop yang isinya banyak, bukan yang besar sekadar bungkus!" seru Budi.

Tanpa berlama-lama, Kojo menjelaskan: "Nah, jangan tertipu dengan ukurannya! Banyak yang terjebak dengan amplop besar, tapi isinya sedikit. Sementara amplop kecil dan sedang seringnya lebih bermanfaat di dalamnya. Buktikan sendiri!"

Andi dan Budi bertukar pandang seolah telah menemukan harta karun. Ternyata, Kojo sudah menjadi malapetaka dan pahlawan di saat bersamaan. Akhirnya, mereka sepakat membeli beberapa amplop yang lebih kecil, sembari bertanya-tanya apakah Kojo akan menghadapi pertanyaan serupa ketika tim sukses yang lain bertemu dengannya.

Dengan nada lelucon, Kojo berkata, "Besok, teman-teman, siap-siap saja! Dan ingat, tak ada amplop besar yang bisa mengalahkan isi yang sebenar-benarnya."

Sebelum pulang, Andi dan Budi menggelengkan kepala, terbahak, berjanji untuk tidak tergoda lagi oleh ukuran amplop esok hari. Begitulah, di bawah cahaya bulan penuh, ketiga pria ini merayakan kemenangan kecil mereka: persahabatan yang dibangun di antara dua kubu, meskipun hari esok penuh ketidakpastian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun